MAGELANG, KOMPAS.com - Candi Borobudur dapat menjadi pilihan memotret bagi kamu pencinta dunia fotografi. Namun, kerap kali kita kesulitan untuk memotret relief yang ada di Candi Budha terbesar di dunia itu.
Pencinta fotografi tak perlu bingung karena fotografer Magelang, Suparno yang pernah ambil bagian dalam memotret relief Candi Borobudur membagikan pengalaman serta tipsnya.
"Untuk memotret relief Candi Borobudur, lihat bulannya dulu," kata Suparno kepada Kompas.com, Selasa (12/11/2019) di rumahnya.
Berikut tips memotret relief Candi Borobudur untuk hasilkkan foto terbaik dari Suparno:
Baca juga: Kisah Cinta yang Tak Terekspos di Relief Candi Borobudur
Menurut Suparno, posisi matahari pada September-Maret berada di selatan candi. Pada pagi hari pemotretan terbaik untuk bidang relief yang menghadap ke timur dan selatan.
"Pagi itu sekitar pukul 07.00 hingga pukul 10.00 yang paling bagus mas," urainya.
Kemudian, untuk pemotretan relief pada sore hari lebih baik dilakukan pukul 14.00 hingga 16.30 WIB.
"Ini karena posisi matahari yang menghadap ke barat dan ke selatan," katanya.
Selain itu, pada bulan Maret hingga September, menurut Suparno posisi matahari sedang bergerak ke arah utara.
"Pemotretan semua bidang relief yang menghadap ke timur dan ke utara untuk pagi," ujarnya
Sedangkan untuk sore hari, bidang relief akan menghadap ke barat dan utara.
"Untuk jamnya juga sama yaitu pada jam 07.00-10.000 untuk pagi, dan 14.00-16.30 untuk sore hari," tambahnya.
Pada acara Famtrip Jurnalis yang digelar Tim Percepatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada, Suparno juga menceritakan awal mula ketertarikannya dan bagaimana dirinya dapat ambil bagian memotret relief candi.
Baca juga: Wisata Baru di Candi Borobudur
"Awal saya terjun ke fotografi itu tahun 1973 ketika ada penelitian dari semua penyakit yang ada di batu itu. Sebelum dibersihkan semua itu harus didokumentasikan.
Waktu itu belum banyak orang yang mengerti foto. Mungkin saya dianggap pintar, saya disuruh motret, jadi kebablasan sampai sekarang," kenang Suparno.
Ia mengaku belajar fotografi secara otodidak atau belajar sendiri. Selain itu Suparno juga menceritakan dulu betapa susahnya proses fotografi menggunakan film.
Tambah Suparno, semua tempat yang ada di Candi Borobudur memiliki keunikan dan keistimewaan sendiri.
Baca juga: Tips Memotret Candi Borobudur dari Jarak 5.000 Meter
"Jadi semua tempat ini punya karakter atau keistimewaan sendiri. Pada bulan tertentu sangat baik, bagus sekali, contoh di Kedok itu pada Juni sampai Juli, kita bisa menikmati matahari itu seperti saat kita kecil di tengah dua gunung. Kemudian ada posisi lain lagi yang Borobudur di bawah Merapi, dan di antara dua gunung," jelasnya.
Pria yang sejak tahun 1989 mendirikan rumah makan bakmi godog di rumahnya ini mengatakan ada cerita paling menarik yang ia temukan dalam relief Candi Borobudur.
"Cerita yg paling top itu artinya migunaning tumraping liyan, jadilah org berguna bagi orang lain, kalaupun tidak punya apa-apa ya tenaganya harus berguna bagi orang lain," katanya.
Suparno merupakan orang Indonesia nomor dua yang pernah ikut ambil bagian memotret seluruh relief Candi Borobudur selain pelopor fotografi Indonesia, Kassian Cephas.
Baca juga: Menikmati Matahari Terbit dengan Latar Candi Borobudur Berkabut, Indahnya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.