KOMPAS.com- Pemerintah Provinsi Bali hingga himpunan pariwisata angkat bicara soal Bali yang masuk dalam daftar No List 2020 yang dirilis oleh Fodor’s Travel.
Dalam daftar itu, media wisata asal Amerika Serikat tersebut menyatakan pertimbangan mereka untuk tidak mengunjungi Bali pada 2020.
Baca juga: Bali Disarankan Tidak Dikunjungi pada 2020 oleh Media Wisata AS
Sontak saja beragama tanggapan pun bermunculan. Dari pihak Pemprov, yakni Gubernur Bali I Wayan Koset dan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Arta Ardana Sukawati alias Cok Ace yang bersuara lantang.
Lalu ada Ketua Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuarta; dan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Pariwisata (PHRI) Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya
Hal tersebut dibuktikan dengan setiap tahun Bali selalu diputuskan oleh forum masyarakat dunia sebagai destinasi wisata terbaik.
Sementara itu, menurut Koster mengatakan, dalam waktu dekat akan mengumpulkan para pelaku pariwisata untuk mengidentifikasi sejumlah masalah yang ada.
Baca juga: Bali Disarankan Tidak Dikunjungi pada 2020, Gubernur Koster: Itu Kampanye Negatif Sebut
Sedangkan Cok Ace menilai, pemberitaan media asing yang menyebut Bali tak layak dikunjungi pada 2020 merupakan sesuatu yang berlebihan.
Baca juga: Media Amerika Sarankan Bali Tak Dikunjungi 2020, Wagub: Sangat Berlebihan
Ia menyebut, selama ini Bali sudah sering sekali mendapat penghargaan di dunia internasional. Bali juga tak berhenti untuk terus meningkatkan kualitas pariwisatanya.
Hal tersebut dibuktikan dengan keluarnya aturan-aturan, salah satunya untuk pengendalian sampah plastik.
Namun, Cok Ace akan menjadikan pemberitaan tersebut sebagai bahan koreksi untuk pariwisata Bali.
Dari segi sampah, misalnya, diakui Nyoman selama ini Pemprov Bali sudah berusaha, namun perlu maksimal diterapkan, serta dukungan pihak lain, terutama masyarakat.
Ia mencontohkan soal gubernur Bali yang memerintahkan Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan, dan Kabupaten Badung utnuk menghentikan sementara pembuangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Denpasar, Bali.
Menurutnya, kebijakan tersebut bisa mendorong para pemerintah daerah setempat bertanggungjawab menyelesaikan persoalan masalah sampah dengan membuat TPA sendiri.
Baca juga: 3 Alasan Bali Tidak Layak Dikunjungi pada Tahun 2020 Versi Fodor
Di sisi lain, ia juga mendorong masyarakat untuk turut serta menangani masalah sampah.
"Masing-masing pihak harus punya kesadaran membiasakan diri memilah sampah. Jangan ada mindset, 'kan udah ada TPA'," katanya.
Pola pikir semacam itu akan membuat masyarakat tidak peduli dengan sampah, sehingga masalah ini disebut tidak akan selesai dengan baik.
Nyoman mengapresiasi sikap masyarakat setelah larangan plastik sekali pakai di Bali.
Menurutnya, kehadiran aturan itu kian buat masyarakat sadar, terlihat dari cara belanja yang tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai.
Baca juga: Turis di Bali Keluhkan Masalah Sampah dan Macet
Sementara itu untuk kemacetan, Nyoman juga berharap agar masyarakat menggunakan transportasi massal, sehingga bisa mengurangi persoalan tersebut.
Ia juga mengingatkan, jika pariwisata ingin tetap jadi 'lokomotif', maka perlu bebenah. Apalagi, kini persaingan kian ketat, terutama dari destinasi di Indonesia.
Bali, lanjut Nyoman, menjadi pintu masuk turis yang ingin ke beberapa daerah seperti Lombok dan Banyuwangi.
"Kompetisi bukan persoalan regional, tapi internal Indonesia," katanya.
Namun, sebagai masyarakat Bali, Nyoman mengaku tidak terlalu khawatir dari pemberitaan Fodor's Travel, karena Bali sudah menjadi destinasi dunia.
"Saya prihatin wacana seperti ini akan kian menjerumuskan Bali, apalagi belakangan ranking Bali tidak menjadi nomor satu di dunia," imbuhnya.
Baca juga: Bali Disarankan Tidak Dikunjungi Pada 2020, Dinas Pariwisara Sebut Kampanye Hitam Pesaing
Solusi jangka pendek, PHRI Bali dan seluruh kabupaten/kota akan berkoordinasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait.
"Saya juga rencana ketemu dengan Konjen Amerika ihwal ini, dalam waktu dekat. Sehingga bisa mendapatkan solusi meredam isu seperti ini,” tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.