PULAU PENYENGAT, KOMPAS.com - Pagi itu matahari baru saja terlihat, tetapi saya sudah berada dalam kapal pompong.
Ini adalah sejenis kapal kecil dari kayu bertenaga motor yang membawa saya menyeberangi lautan dari dermaga Tanjung Pinang menuju dermaga Pulau Penyengat.
Hanya dengan membayar tiket Rp 7.000, dalam sekitar 20 menit pun sampai ke dermaga Pulau Penyengat.
Tak perlu jauh berjalan dari dermaga, mulai terlihat jejeran warung makan sederhana dengan deretan meja dan kursi di dalamnya. Saya pun masuk ke dalam salah satu warung bernama warung Pak Mukhali.
Baca juga: 8 Paket Wisata Pulau Penyengat, Dari Tur Masjid Sampai Kelas Memasak
Di atas salah satu meja sudah terlihat beberapa piring yang berisikan bermacam-macam penganan.
Makanan pertama yang menarik perhatian saya adalah makanan bernama kue badak. Bentuknya lonjong berwarna kecoklatan.
Bahan dari kue badak ini adalah adonan singkong yang isinya berupa abon pedas dari ikan. Sekilas rasanya mirip combro, tapi lebih gurih.
Baca juga: Wisata Tanjung Pinang, Uniknya Vihara 1.000 Patung yang Dipahat Langsung dari China
Setelahnya, Raja Farul, pemandu wisata kami, menawarkan dua bungkusan daun pisang yang katanya berisi makanan bernama nasi dagang dan nasi melaka. Menurut dia, ini adalah makanan khas Melayu yang wajib kami coba.
“Nasi dagang ini isinya nasi dengan halba atau santan. Dikasih lauk ikan sarai atau ikan limbat yang sudah diasap. Kalau nasi melaka sama saja, hanya beda ikannya digoreng biasa, tidak diasap,” jelas Raja Farul.
Rasa nasi dagang dan nasi melaka layaknya nasi uduk, hanya lauk ikan di dalamnya terasa melengkapi gurihnya nasi santan. Nasi dagang terasa lebih nikmat karena adanya ikan sarai yang memberikan sensasi rasa asap.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.