JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap mendirikan usaha pasti ada masa-masa jatuh bangun yang harus dilewati. Tak terkecuali bakmi legendaris Bakmi Ayam Acang yang dikenal pencinta bakmi di Jakarta.
Acang, pendiri Bakmi Ayam Acang, mulanya berjualan bakmi secara berkeliling dengan mengunakan grobak.
Baca juga: Cara Membuat Bakmi Bangka, Praktis!
Pria yang kini berusia 71 tahun ini mulai berjualan dengan gerobak keliling pada tahun 1969 di daerah Grogol, Jakarta Barat. Ia berjualan dengan gerobak keliling selama empat tahun. Setelah itu, ia menyewa tempat di pinggir jalan.
"Di pinggir jalan tahun 1973,” papar Acang saat ditemui di salah satu restoran Bakmi Acang di Jalan Dr Susilo 3 No.14, Grogol, Jakarta barat, Jumat (29/11/2019).
Awal berjualan, bakmi buatan Acang diberi harga Rp 45. Acang pun menceritakan sepak terjang bisnis bakmi yang dirintisnya.
“Pernah dagang sendiri, lalu kehujanan itu. Masih pakai gerobak, nangis saya. Yah hidup susah amat, nangis itu saya. Di jalanan waktu keliling itu, waktu masih dorong grobak,” jelasnya.
Acang sering mengalami kejadian yang menyulitkan saat masih berdagang keliling. Ingatannya masih sangat kuat saat banyak preman yang tidak mau membayar usai makan.
Almarhum istrinya pun pernah adu mulut ketika para premen menyerbu kedainya untuk meminta makan gratis dengan cara yang tidak etis.
“Sama preman-preman gitu, pas mienya diantar lalu hilang dia, mangkuk ilang, duit juga hilang, gak bayar,” jelasnya.
“Istri saya galak, pernah 12 preman datang pagi-pagi langsung penuhi tempat duduk mau makan gratis. Pagi-pagi baru saja buka, ya lalu ngamuklah istri saya. Lalu pada angkat bangku dibalas dengan istri saya ikut angkat bangku, sangat berani dia," cerita Acang.
Ia bahkan tetap berjualan saat kerusuhan 1998. Area tempat ia berjualan terkena dampak kerusuhan.
“Tetep buka saya, tetep buka. Saya tidak takut itu, banyak di dekat saya jualan pada perang saya lihatin saja,” ujar ayah tiga anak itu.
“Ingat saya waktu zaman SD namanya nonton Doraemon itu tidak pernah. Pokoknya rumah digembok semuanya ikut bantu jualan. Cuci gelas, angkatin mangkuk kotor bantu beres-beres,” jelas Budianto.
Kisah yang ia lewati mengantarnya ke semangkuk bakmi ayam yang hingga masih kini digemari oleh para pecinta bakmi di ibu kota. Pengunjungnya kebanyakan adalah pelanggan tetap dari masa awal berdiri.
Baca juga: Tips Membuat Bakmi Ayam yang Enak dan Mudah dari Koki Profesional
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.