JAKARTA, KOMPAS.COM - Keris hingga kini selalu memiliki nilai sentimental tersendiri, khususnya bagi yang masih percaya keris punya nilai spiritual dan magis.
Keris adalah belati berbentuk asimetris yang tidak hanya digunakan sebagai senjata tapi juga sebagai benda pembawa kekuatan spiritual.
Keris lekat dengan berbagai kultur yang mengelilinginya, salah satunya adalah adanya tata cara perawatan khusus yang dikenal sebagai proses Jamasan atau Jamas.
Ini adalah sebuah proses membersihkan keris yang biasanya dilakukan pada malam 1 Suro. Namun sebenarnya, keris tidak melulu harus disucikan pada malam 1 Suro saja.
Baca juga: BERITA FOTO: Menukil Jejak Peradaban Iran di Taman Ismail Marzuki Jakarta
Menurut Nasip Hadiprayitno, seorang konservator dari Museum Pusaka, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, proses membersihkan keris pada malam 1 Suro itu hanyalah kepercayaan belaka.
"Tidak harus 1 Suro, itu hanya prosesi saja. Kalau membersihkan bisa kapan saja. Jangan menunggu 1 Suro apalagi kalau kerisnya sudah sangat karatan nanti malah rusak," jelas Nasip.
Hal itu disampaikan saat gelaran acara United Nations Day 2019, Indonesian Heritage for Global Peace and Sustainable Development di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada Senin (2/12/2019).
Menurutnya, proses yang paling penting adalah melakukan proses penyucian dengan benar sehingga keris terawat dengan baik.
Baca juga: Desa Aeng Tong-Tong, Kampung Perajin Keris Madura
Selain itu, ia mengaku hanya membaca doa biasa sebelum melakukan proses penyucian keris.
Bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah air biasa dengan kembang, air jeruk nipis, air yang sudah dicampur bubuk warangan, dan sabun.
Pertama, Nasip memulainya dengan mencelupkan keris ke dalam air kembang lalu menggosok keris yang berkarat dengan air jeruk nipis.
Air jeruk nipis ini berfungsi untuk menghilangkan karat pada keris. Proses ini terus dilakukan hingga karat mulai menghilang.
Baca juga: Mengintip Penjamasan Keris dan Tombak Peninggalan Sunan Kudus
"Kalau sudah hilang dicelup ke air lagi sampai air jeruk nipisnya hilang, lalu dicelup ke dalam air warangan ini. Ini air yang dicampur arsenik," kata Nasip yang telah menjadi konservator keris sejak 1993 silam.
Air warangan yang berawarna hitam pekat dan berbau menyengat ini nantinya berguna untuk memunculkan motif pada keris. Keris memang biasanya bermotif, hasil dari tempaan besi saat pembuatannya.
Dalam proses ini, sekitar 15-20 menit saja motif bisa terlihat. Keris jadi berwarna kehitaman, dengan motif berwarna besi.
"Kemudian oles dengan minyak melati buat melapisi keris, bikin berkilau dan wangi juga," lanjutnya.
Baca juga: Museum Keris Ditargetkan Rampung Akhir Tahun 2015
Nasip menyarankan untuk secara rutin membersihkan keris agar tidak berkarat.
Selain itu, jika merujuk pada kepercayaan sebagian besar masyarakat Jawa, keris yang merupakan benda pusaka dianggap memiliki kekuatan gaib yang seringkali disebut "isi" atau "tuah".
Dengan menyucikan keris secara rutin, selain pada malam 1 Suro, bisa juga merawat "tuah" yang ada di dalam keris tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.