Bentuk gerabah yang dijual dengan harga termurah yaitu gerabah khusus tempat sambal, dan paling mahal adalah patung-patung seperti patung Budha yang biasanya dijual ke Vihara.
"Kalau yang paling mahal itu patung-patung besar, seperti patung Budha di depan itu. Biasa dijual ke hotel-hotel, dan Vihara," jelasnya sembari menunjukkan hasil kerajinan.
Proses pembuatan gerabah biasanya diawali dengan pembentukan gerabah, proses pengeringan dengan cara dijemur, dan proses pembakaran.
Menariknya, proses pembakaran gerabah di dusun ini dilakukan secara bersama dengan warga.
Baca juga: Wisata Baru di Candi Borobudur
Supoyo mengatakan proses pembakaran menggunakan satu tungku untuk lima keluarga.
Selain itu, ia mengakui jika produksi gerabah di Klipoh terbilang produktif. Menurutnya, warga di sini biasa membakar gerabah setiap hari pada saat musim kemarau.
Kompas.com juga berkesempatan mencoba langsung membentuk gerabah dari tanah liat.
Ditemani oleh putri dari Supoyo, Dwi Arum (25), saat itu diajari bagaimana tahapan-tahapan dalam membuat gerabah.
Baca juga: Jokowi Pastikan Pengembangan Infrastruktur Borobudur Rampung Pada 2020
Menurut Arum, tahapan pertama yang perlu diperhatikan jika ingin membentuk gerabah cetakan adalah memiliki cetakan.
"Kalau mau buat gerabah yang cetakan, pertama itu kita harus punya cetakannya dulu, terus sama tanah liat, benang sama pisau kecil atau butsir," ujarnya.
Terdapat dua sisi cetakan dalam proses membentuk gerabah, yaitu satu sisi dan dua sisi. Biasanya dua sisi cetakan tersebut untuk membuat bentuk tiga dimensi.
"Kemudian caranya kalau untuk cetakan padat itu kan tinggal ngambil tanah sekira-kiranya aja, terus tinggal tata di cetakannya, dipencet-pencet, ditempel dan tinggal diambil," katanya.
Baca juga: Borobudur dan Kesiapannya Menjadi Destinasi Super Prioritas