Setelah sekitar sepuluh hari, saat melon tumbuh kira-kira sebesar telur, hanya satu melon terbaik yang disisakan petani.
Melon tersebut disebut akan menyerap seluruh nutrisi dari tanaman, sehingga dapat tumbuh lebih cepat.
Setelah itum melon yang sudah dipilih dibungkus memakai kertas tipis dan lembut. Tujuannya agar mendapatkan permukaan seragam dan warna sempurna.
Nantinya, melon yang sudah lewat proses ini akan memiliki batang di ujung yang mirip bentuk huruf T.
Baca juga: Apa Bedanya Melon Hijau dan Melon Kuning?
Untuk dapat menghasilkan melon dengan kualitas baik, petani di Shizuoka memilih menggunakan sistem komputerisasi untuk mengatur jumlah air yang harus diberikan, suhu dan kelembaban dalam rumah kaca.
Petani juga harus melakukan tama-fuki--proses menggosok perlahan buah melon dengan menggunakan sarung tangan katun.
Cara ini diyakini merangsang dan menambah rasa manis pada melon. Proses ini dilakukan beberapa kali hingga melon siap dipanen.
Tak jarang, petani menghabiskan beberapa pasang sarung tangan lantaran robek saat proses tersebut untuk beberapa melon.
Berbeda dengan di Indonesia di mana melon akan di panen secara masal, petani melon di Shizuoka justru harus tahu kapan buahnya harus dipetik.
Sebab, terlau cepat atau terlambat memetik akan menimbulkan perbedaan besar, rasa, tekstur, dan wangi buah.
Baca juga: Mencicipi Melon Ashimori, Wow! Rasanya Pecah di Mulut
Rata-rata siklus pertumbuhan melon dari awal penanaman hingga panen membutuhkan waktu sekitar 100 hari.
Buah melon juga diberi topi kecil jika matahari sangat terik agar buahnya tidak terpapar langsung dengan sinar matahari.
Mereka mengerahkan tenaga pikiran agar dapat membuat melon dengan kualitas terbaik di seluruh dunia. Crown Melon terbagi dalam enam tingkatan sesuai dengan kualitas dari yang abik hingga buruk.
Tingkat tertinggi untuk melon dengan kualitas terbaik disebut dengan Fuji. Selanjutnya diikuti oleh tingkat Yama, Shiro, Yuki dan seterusnya.