Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Khutub Khanah, Perpustakaan Mini Ibnu Sina di Pulau Penyengat

Kompas.com - 11/12/2019, 10:01 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

Kondisi ini membuat kitab-kitab tersebut sudah tidak bisa dipegang, apalagi dibaca dengan bebas karena kerapuhannya.

“Harus hati-hati pegangnya. Banyak yang kertasnya sudah lepas dan rusak. Banyak yang tidak terbaca. Bahkan ada yang sudah hancur dan lembar-lembarnya juga berantakan, itu kami satukan di dalam satu plastik ini,” ujar Raja Abdurrahman.

Untungnya, ada cukup banyak naskah dari kitab-kitab yang pernah ada di lemari Khutub Khanah ini yang sudah diarsipkan dan kini disimpan di Balai Maklumat yang ada di Pulau Penyengat.

Sayangnya, kala itu pengelola Balai Maklumat sedang tak ada di tempat. Jadi rombongan kami tidak bisa mencari tahu lebih lanjut soal arsip-arsip kitab yang ada kini.

Kitab-kitab yang ada di Khutub Khanah juga, selain ditulis dalam huruf Arab gundul yang mulai langka, juga banyak yang ditulis dalam huruf Arab Melayu.

Huruf-huruf tersebut kini sudah tak banyak yang menggunakannya sehingga sulit untuk mencari orang yang memang bisa membaca dan mengarsipkan kitab-kitab tersebut.

“Kendalanya karena sudah tidak banyak yang bisa baca. Orang-orang tua banyak yang bisa, tapi anak muda seperti saya bisa, tapi harus meraba-raba,” tutur Raja Farul yang akrab disapa Farul.

Ketiadaan dana

Raja Abdurrahman sebagai satu-satunya pemegang kunci lemari Khutub Khanah mengaku tidak adanya dana menjadi salah satu halangan terbesar untuk bisa mengembangkan kajian soal kitab-kitab yang ada di sana.

Untuk mengkaji kitab-kitab tua tersebut, diperlukan dana yang tidak sedikit. Kerapuhan kitab dan lamanya proses pengkajian mengharuskan adanya ahli-ahli yang mau terlibat secara maksimal.

“Dulu ada dari lembaga dari Eropa ke sini. Katanya mereka mau bantu untuk pemeliharaan kitab, tapi karena dana dan waktu, jadi tidak berlanjut. Kata mereka, untuk proses seperti ini waktunya memang lama dan prosesnya juga harus dengan alat dan ruangan khusus supaya tidak rusak,” ujar Raja Abdurrahman.

Selain itu, kendala lainnya yang membuat proses pengkajian kitab-kitab tersebut adalah adanya aturan soal larangan pembawaan kitab-kitab tersebut ke luar Pulau Penyengat.

Aturan ini ada karena dahulu sempat diperbolehkan, tetapi banyak kitab yang tidak kembali.

“Kami tidak mau kitab-kitab ini dibawa ke luar Penyengat. Dulu boleh dibawa, tapi akhirnya banyak yang tidak kembali ke sini. Maka dari itu, sekarang kalau mau mengkaji harus di Penyengat saja,” jelas Raja Abdurrahman.

Kini, wisatawan atau ilmuwan yang ingin melihat kitab-kitab dalam Khutub Khanah harus berkoordinasi lebih dahulu dengan Raja Abdurrahman. Pasalnya, hanya ia yang memegang kunci lemari tersebut untuk alasan keamanan.

Baca juga: Panduan Lengkap Menghabiskan Sehari di Pulau Penyengat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com