Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Cara Rehabilitasi Terumbu Karang di Indonesia

Kompas.com - 15/12/2019, 15:13 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

Untuk beasiswa sendiri hanya dibuka kuota 100-150 orang per tahunnya. Karena ketatnya seleksi, maka Biorock pun membuka jalur mandiri bagi masyarakat yang berminat untuk mengikuti program scholar reef ini.

"Untuk one day program harus menyiapkan sekitar Rp 1,5 juta ya. Tapi tergantung materi mana yang mau dipilih," kata Tasya.

"Khususnya untuk orang asing memang harus bayar ikut program ini karena nantinya uang dari mereka akan dipakai untuk beasiswa scholar reef untuk orang Indonesia. Ini yang kami sebut impact tourism," lanjutnya.

Program ketiga adalah bio experience. Menurut Tasya, program ini jadi program yang paling menjawab permasalahan utama dalam rehabilitasi terumbu karang.

Program ini merupakan program wisata di mana Biorock akan memberikan bantuan berupa edukasi dan fasilitas lainnya untuk agen-agen wisata pengelola situs wisata di mana coral garden berlokasi.

"Kebanyakan orang mau membuat karang tapi tidak mau merawat. Jadi lokasi wisata akan memungkinkan wisatawan untuk snorkeling dan diving di area terumbu karang yang direhabilitasi," kata Tasya.

"Selain itu ada edukasi juga soal cara bikin biorock, yaitu biorock introduction," lanjutnya.

Nantinya, Biorock akan memberikan bantuan rehabilitasi dan edukasi pada para pengelola wisata lokal yang berada di situs coral garden.

Edukasi diberikan untuk memastikan pengetahuan para fasilitator memenuhi standard untuk bisa memberikan edukasi yang baik dan benar.

Biorock juga akan bekerja sama dengan berbagai agen travel untuk menawarkan paket wisata yang bisa membantu masyarakat lokal dalam merawat situs rehabilitasi terumbu karang.

Untuk bisa mencoba paket wisata biorock experience ini, tiap peserta harus menyiapkan kira-kira Rp 500.000 per pax tergantung tiap penyedia tour.

"Kami membantu agar kapasitas masyarakat pengelola sesuai dengan standard agen tour tersebut," kata Tasya.

"Supaya nantinya wisata bisa jadi alat konservasi, bukan wisata yang merusak. Kita membantu pengelola lokal untuk bisa dapat tamu saja," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com