Pieter Van Hoorn, anak dari Gubenur Jenderal Hindia Belanda saat itu memutuskan untuk membangun Gereja tersebut.
Ketika memasuki gereja, pengunjung seakan dibawa ke masa lampau. Sebelah kiri gereja terdapat organ tua dan sebelah kanan terdapat mimbar megah.
Interior gereja masih mempertahankan keasliannya, temasuk bangku dari ebony (kayu hitam), kursi majelis, cawan, kursi panjang.
Kemudian chandelier dari tembaga kuning yang dilengkapi pemantul cahaya berbentuk perisai dihiasi lambang Batavia.
Mimbar gereja bergaya Barok karya H. Bruiyn juga termasuk perabotan asli Gereja. Kanopi yang menaungi mimbar ditopang dua tiang ulir dengan gaya ikonik, serta tiga tonggak perunggu dari mimbar.
Selain mimbar dan kubah, orgel juga menjadi daya tarik Gereja Sion. Diletakkan di balkon seberang altar, orgel pemberian putri Pendeta Maurits Mohr pada tahun 1800-an itu masih terpelihara dengan baik.
Tepat di bawah balkon orgel terdapat tiga deret bangku gubernur jenderal dari pertengahan abad ke-17. Bangku itu berasal dari Gereja Salib.
Bangku tersebut digunakan para elit politik Hindia Belanda saat beribadah di Gereja Salib.
Gereja Tugu berdiri kokoh di kawasan Semper, Jakarta Utara. Gereja Tugu merupakan gereja yang dibangun oleh Belanda sebagai tempat ibadah di Kampung Tugu.
Dulunya Kampung ini adalah kawasan untuk menampung masyarakat Portugis yang diasingkan oleh Belanda dari Batavia. Mereka adalah tawanan yang dibawa dari Malaka ke Batavia setelah daerah itu ditaklukan oleh Belanda.
Di tahun 1600-an mereka akhirnya menetap dan menikah dengan warga sekitar.
Percampuran budaya dari Portugis dan Betawi menimbulkan budaya baru.
Orang Portugis yang gemar bernyanyi dan berpesta tetap mempertahankan budayanya itu. Konon Kampung Tugu dikelilingi dengan hutan yang lebat.
Mereka menciptakan alat musik dari kayu hutan yang hasil bunyinya "crong...crong...crong".
Musik itu yang kini dikenal dengan musik keroncong. Hingga saat ini musik Keroncong masing mengisi acara-acara besar seperti Natal.
Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Musik kronsong akan digunakan dalam perayaan hari besar seperti Natal.
Baca juga: Menelusuri Kampung Tugu, Jejak Portugis di Utara Jakarta
Wisata Religi keliling gereja kuno direalisasikan dalam tur Wisata Bhineka Spesiap Natal, Jelajah Gereja Kuno.
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Wisata Krestif Jakarta dan diikuti oleh 21 rombongan. Kegiatan ini diadakan pada hari Sabtu (21/21/2019).
Ira Lathief, sebagai pemandu dan pendiri komunitas Jakarta Food Travel (JFT) menjelaskan, acara ini diadakan untuk menjunjung tingkat toleransi umat beragama.
"Saya senang sekali yang ikut tur ini orangnya sangat beragam dari Protestan, Katolik, dan Muslim. Tur keliling Gereja kuno ini bertujuan untuk menjujung toleransi antar umat beragama," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.