Apa yang dikatakannya memang benar. Hutan pakis tersebut sekilas seperti hutan zaman prasejarah.
“Kurang dinosaurus-nya ini,” imbuh Irawan sambil tertawa.
Pendaki bisa berkemah di Pos II ini karena tersedia lahan datar yang cukup luas. Perlu diketahui,tempat berkemah pendakian Gunung Bismo via Silandak hanya diizinkan di Pos II dan Pos IV.
Bahkan saat cuaca buruk seperti hujan atau badai, tempat berkemah hanya diizinkan di Pos II saja demi keselamatan pendaki.
Usai Pos II, jalur pendakian masih berada di kawasan hutan yang cukup lebat. Kondisi jalur tetap menanjak, tetapi masih dalam batas wajar.
Pos III hanya berupa tanah datar yang tidak terlalu luas dengan dikelilingi semak belukar. Kondisi demikian membuat Pos III kurang pas untuk dijadikan lokasi berkemah.
Sesampainya di Pos III, pendaki hendaknya mulai mempersiapkan diri karena jalur pendakian akan memasuki bagian paling sulit.
Akan banyak dijumpai tanjakan yang cukup terjal di antara Pos III menuju Pos IV. Beberapa di antaranya bahkan dipasangi tali rotan sebagai pegangan pendaki saat naik atau turun.
Pendaki juga akan melewati salah satu trek yang cukup unik bernama Terowongan Mesra. Sesuai namanya, jalur pendakian itu seperti terowongan karena tanaman yang cukup rimbun sehingga menyerupai terowongan.
Menjelang Pos IV, pendaki akan dihadapkan dengan tanjakan curam. Entah mengapa pengelola jalur pendakian menamainya dengan Tanjakan ginuk-ginuk yang dalam bahasa Indonesia berarti semok.
Butuh usaha ekstra bagi pendaki untuk bisa melalui tanjakan ini saking curamya. Beruntung karena selain tidak terlalu panjang, telah tersedia tali dari rotan dan kabel untuk pegangan.
“Ini ntar turunnya gimana ya, curam begini?” kata Irawan mengomentari terjalnya jalur yang harus dilalui.
Usai melewati Tanjakan Ginuk-ginuk, pendaki akan sampai di Pos IV Gunung Bismo via Silandak. Di sinilah tempat berkemah terbaik sebelum menuju puncak pada pagi hari.
Pos IV tidak hanya menjadi lokasi favorit berkemah karena lahan datar yang luas. Panorama dari sana juga begitu indah, terutama ke arah timur dan tenggara yang tidak terhalang oleh pepohonan.
Saat malam hari, gemerlap lampu Kota/Kabupaten Wonosobo di bawah Gunung Sindoro-Sumbing tampak begitu menawan.