WONOSOBO, KOMPAS.com – Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu destinasi favorit bagi para pendaki gunung.
Beberapa gunung yang menjadi tujuan pendaki seperti Sumbing, Sindoro, atau Prau memiliki basecamp pendakian di kawasan Kabupaten Wonosobo.
Bagi pendaki yang ingin menjajal suasana pendakian yang baru, maka Gunung Bismo bisa menjadi tujuan. Itu karena salah satu jalur pendakian gunung tersebut masih relatif baru diresmikan.
Adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang meresmikan jalur pendakian Gunung Bismo via Silandak, Sabtu (20/7/2019) lalu.
Basecamp pendakian Gunung Bismo berada di Dusun Silandak, Desa Slukatan, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Jarak tempuh dari pusat Kota Wonosobo adalah sekitar 11 kilometer dengan waktu tempuh kurang-lebih 30 menit.
Kompas.com menjajal langsung jalur pendakian Gunung Bismo, Jumat (4/10/2019) lalu. Pendakian dimulai pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB.
Pendaki Gunung Bismo harus mendaftar terlebih dahulu di basecamp dan melakukan briefing singkat sebelum mulai mendaki. Tarif pendakian adalah Rp 15.000 per orang.
Setelah siap berangkat, ada dua pilihan bagi pendaki, yakni naik ojek sampai menjelang atau langsung berjalan kaki. Tarif ojek adalah Rp 10.000 untuk siang dan Rp 15.000 untuk malam hari.
Jika naik ojek, maka perjalanan bisa lebih cepat sekitar 1,5 jam. Itu karena jalan menuju pos 1 masih berada di kawasan ladang penduduk sehingga bisa dilalui motor.
Nantinya ojek akan mengantar pendaki 100 meter menjelang pos 1. Ojek juga akan menunggu pendaki yang turun di sana.
Selain menghemat waktu, keuntungan lain naik ojek adalah juga menghemat energi dan membantu perekonomian masyarakat.
Dari batas ojek, rute pendakian mulai memasuki jalan setapak. Sekitar 100 meter dari batas ojek, sampailah perjalanan di pos I dengan shelter sederhana di sana.
Selepas pos I, perjalanan mulai memasuki kawasan semak dan hutan Gunung Bismo. Kondisi jalan meski menanjak, tingkat kemiringannya masih cukup mudah dilalui.
Perjalanan pun akhirnya sampai di Pos II, yakni hutan pakis. Sesuai namanya, terdapat banyak tanaman pakis di sana.
“Kita seperti ada di zaman dinosaurus ya,” kata-kata pendaki asal Wonosobo, Muhammad Bahri Irawan yang menjadi teman pendakian Kompas.com saat itu.