Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Itinerary Tahun Baru di Yogyakarta untuk Backpacker, 3 Hari 2 Malam

Kompas.com - 27/12/2019, 11:14 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang favorit untuk menghabiskan liburan akhir tahun 2019.

Jika kamu ingin mengunjungi Yogyakarta sendiri, maka kamu perlu simak tulisan di bawah ini mengenai itinerary panduan selama tiga hari di Yogyakarta.

Baca juga: Tahun Baru di Yogyakarta, 9 Paket Hotel Tahun Baru 2020 di Yogyakarta

Terlebih lagi jika kamu berniat untuk merayakan tahun baru di sana. Tanpa persiapan yang matang, maka tahun baru tidak akan sesuai dengan ekspektasimu.

Berikut itinerary tahun baruan 3 hari 2 malam di Yogyakarta yang telah dirangkum oleh Kompas.com:

Transportasi di Yogyakarta

Moda transportasi sangat penting bagi para backpacker. Tidak hanya untuk menghemat biaya dengan memilih transportasi yang murah dan terjangkau, juga untuk mencari transportasi yang bisa menjangkau tempat wisata tujuan.

Moda transportasi yang sangat disarankan adalah motor. Sebab, motor adalah kendaraan paling praktis dan hemat. Apalagi jika untuk seorang diri.

Maka dari itu, menyewa motor ketika sampai di Yogyakarta sangat direkomendasikan. Harga sewa motor bervariasi, mulai dari Rp 50.000 per hari.

Baca juga: 5 Tempat Wisata di Yogyakarta, Cocok untuk Liburan Bersama Anak

Sebelum menyewa motor, jangan lupa untuk membawa SIM dan menggunakan helm sebelum pergi ke tempat wisata tujuan. Tentunya juga siapkan uang untuk membeli bensin.

Namun jika tempat wisata yang dituju memiliki jarak yang dekat dengan tempat kamu menginap, kamu bisa menggunakan transportasi umum seperti becak.

1. HARI PERTAMA

Jika kamu menggunakan kereta api dan turun di Stasiun Tugu, maka kamu bisa langsung menuju Malioboro untuk mencari penginapan.

Untuk menuju ke Malioboro, kamu bisa menyewa motor di rental-rental yang berada di dekat stasiun. Mengendarai motor sangat disarankan karena hanya akan memakan waktu kurang lebih 10 menit.

Baca juga: 5 Tips Belanja Murah di Malioboro Yogyakarta

Sesampainya di Malioboro dan sudah mendapatkan hostel dengan harga penawaran yang cukup, kamu bisa memulai hari pertama dengan berjalan-jalan di sekitar tempat tersebut.

Namun sebelum itu, kamu harus siapkan perut agar tidak lapar. Kamu bisa mencicipi gudeg khas Yogyakarta yang sangat terkenal di sana.

- Sarapan Pagi di Gudeg Mbah Lindu

Ketika sampai di Yogyakarta, makanan yang harus dicoba adalah gudeg. Namun, kamu harus mencoba gudeg di salah satu tempat makan paling populer: Gudeg Mbah Lindu.

Mbah Lindu dikenal sebagai penjual gudeg yang sudah berjualan sejak sebelum zaman penjajahan Jepang. Gudeg yang dijual oleh Mbah Lindu terkenal di kalangan wisatawan karena sejarah tersebut.

Bahkan, hampir setiap hari dagangannya selalu laris dibeli. Tidak hanya untuk dimakan di tempat, juga ada yang membeli gudeg Mbah Lindu untuk dijadikan sebagai oleh-oleh.

Mbah Lindu selalu berada di depan sebuah poskamling pinggir jalan dan sudah buka dagangan mulai dari pukul 05:00–10:00 WIB setiap hari.

Baca juga: Membaca Lagi, Sejarah dari Nikmatnya Gudeg Yogyakarta

Kamu bisa membeli gudeg Mbah Lindu dengan harga Rp 15.000–Rp 20.000.

Setelah sarapan, kamu bisa berjalan-jalan di sepanjang jalur pejalan kaki Malioboro sembari melihat-lihat pertokoan di sekitar sana dan mampir ke Titik Nol KM.

- Titik Nol KM

Tempat ini merupakan sebuah perempatan yang berada di Kantor Pos Besar Yogyakarta. Meski hanya jalanan biasa, namun Titik Nol KM punya daya tarik sendiri bagi para wisatawan.

Sebab, jika berkunjung ke perempatan ini, kamu akan melihat banyak sekali bangunan kuno khas Belanda yang masih berdiri, seperti Gedung Agung, Kantor BNI 1946, Kantor Pos, dan Benteng Vredeburg.

Baca juga: Makan Malam Romantis di Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg, misalnya, adalah benteng yang dulu dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di tahun 1760 dan kini menjadi sebuah museum.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Benteng Vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda. Adapun maksud Belanda membang benteng adalah untuk memudahkan dan mengontrol segala perkembangan yang terjadi didalam keraton. Pada awalnya bangunan benteng masih sangat sederhana, temboknya hanya dari tanah yang diperkuat dengan tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren, dan bangunan didalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap hanya ilalang, dibangun dengan bentuk bujur sangkar. Kemudian tahun 1767, benteng dibangun lebih permanen. Nama benteng 'Vredeburg' (benteng perdamaian) sebagai gambaran hubungan antara Belanda dan keraton yang tidak saling menyerang. Saat ini benteng Vredeburg berfungsi sebagai museum dengan beraneka ragam koleksi. Baik berupa koleksi bangunan, koleksi realia, koleksi foto, miniatur, replika, lukisan, dan atau benda hasil visualisasi lainnya serta koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk diorama. #sahabatmuseum #museumdihatiku #ayokemuseum #museumjogja #museumvredeburg #vredeburg

A post shared by autin epriastin (@autinepriastin) on Oct 19, 2019 at 10:25am PDT

Di sini, kamu dapat melihat beberapa koleksi peralatan rumah tangga, senjata, pakaian, dan peralatan dapur peninggalan Belanda.

Tidak hanya itu, kamu juga bisa melihat beberapa koleksi foto dan lukisan menarik dalam Benteng Vredeburg.

- Taman Sari

Berlokasi di Jl. Tamanan, Patehan Keraton, Taman Sari seringkali disebut dengan nama Taman Sari Keraton Yogyakarta dan “pemandian putri”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com