Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Menaruh Harap pada Mas Wishnutama

Kompas.com - 29/12/2019, 19:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selama bertahun-tahun, sektor pariwisata telah menjadi salah satu kontributor terbesar bagi peningkatan aktivitas perekonomian di dunia.

Hal ini telah dibuktikan oleh banyak negara yang mengambil keuntungan dari sektor ini seperti Amerika, Inggris, Jepang, Perancis, Korea, dan masih banyak lagi.

Indonesia pun demikian. Pariwisata merupakan salah satu sektor sentral untuk menaikkan devisa negara karena Indonesia memiliki sumber daya yang sangat potensial seperti alam yang indah, keragaman budaya dan sejarah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pada 2018 lalu laporan The World Travel and Tourism Council menempatkan Indonesia sebagai enam besar negara terindah di dunia dan sepuluh besar negara yang wajib dikunjungi. Pertumbuhan sektor wisata Indonesia berada di posisi 19 besar dunia.

Pada 2019, berdasarkan laporan The Travel and Tourism Competitiveness Report yang dikeluarkan oleh World Economic Forum, pariwisata Indonesia berada pada peringkat ke-40 dari 140 negara dunia.

Sementara di kawasan Asia Tenggara indeks daya saing pariwisata di Indonesia berada di posisi ke 4.

Tidak merata

Akan tetapi, sayangnya pengelolaan pariwisata di Indonesia belum sepenuhnya maksimal karena pemajuan destinasi wisata yang tidak merata dan hanya terpusat di beberapa wilayah itu-itu saja: Bali, Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan beberapa kota besar lainnya.

Selain itu, sumber daya manusia dan tenaga ahli di bidang pariwisata masih didominasi oleh pengusaha asing. Padahal, sejumlah daerah di Indonesia memiliki potensi industri pariwisata yang sangat menjanjikan apabila dikelola dengan baik dan serius dari berbagai pihak, terutama pemerintah.

Dalam hal ini pemerintah harus bekerja keras karena pengembangan industri pariwisata bersifat multisektor.

Artinya, diperlukan kerja sama yang baik dari berbagai pihak terkait, seperti Kementerian Perhubungan untuk transportasi wisatawan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk akses dan infrastruktur.

Tentu juga peran Kementerian Pariwisata untuk destinasi wisata, Kementerian Desa untuk pembangunan desa wisata, Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk kelancaran jaringan internet dan promosi virtual.

Polri juga memiliki peran penting untuk memastikan keamanan pengunjung di destinasi wisata (khususnya permasalahan kriminalitas, jaringan narkoba, terorisme, dan lain-lain, yang berdampak pada kunjungan wisatawan).

Perlu juga dicatat peran Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk mitigasi bencana, Pemerintah Daerah untuk pengembangan potensi lokal, dan masih banyak lagi.
Terobosan

Mewakili pemerintah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama melakukan beberapa terobosan dengan melakukan pengembangan dan pemajuan di sektor terkait untuk mendongkrak pemerataan sektor pariwisata di Indonesia.

Keseriusan pemerintah dalam membenahi pariwisata di negara ditunjukkan dengan mengalokasikan dana APBN 2020 sebesar Rp 10,17 triliun atau kurang lebih empat kali lipat dari alokasi tahun 2019 yang hanya sebesar Rp 1.69 triliun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com