Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Menara Syahbandar, Si Menara Pemantau Kapal Zaman Kolonial

Kompas.com - 03/01/2020, 22:07 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Jakarta yang dulunya bernama Batavia, memiliki menara pemantau aktivitas keluar masuk kapal yang berada di Jalan Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara. Kini, menara itu disebut Menara Syahbandar.

Kompas.com berkesempatan berkunjung ke menara yang dibangun pada tahun 1839 ini, Minggu (29/12/2019) pukul 00.00 WIB dalam rangka tur wisata malam Museum Bahari. Tur ini diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI).

Baca juga: Menginap di Museum Bahari, Seramkah?

Selain berfungsi sebagai menara pemantau kapal, menara ini juga berfungsi untuk kantor atau pabean yang berarti tempat pengumpulan pajak atas barang-barang hasil bongkaran di pelabuhan Sunda Kelapa.

Menara tersebut memiliki tinggi 12 meter dengan ukuran 4 x 8 meter. Ada tiga lantai yang dapat dikunjungi.

Peserta tur melihat papan deskripsi tentang Menara Syahbandar dalam acara tur wisata malam museum bahari, Sabtu (28/12/2019).Nicholas Ryan Aditya Peserta tur melihat papan deskripsi tentang Menara Syahbandar dalam acara tur wisata malam museum bahari, Sabtu (28/12/2019).

Selain itu, terdapat juga Tugu Prasasti Titik Nol Kilometer Jakarta pada kala itu. Pada tahun 1977, prasasti ditandatangani oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Meski saat ini, titik nol sudah dipindahkan ke Monumen Nasional atau Monas.

Kami dipandu oleh Amaruli, pemandu wisata Museum Bahari ketika berkeliling dan merasakan nuansa berbeda di Menara Syahbandar pada malam hari.

Suasana gelap dengan sedikit lembab menyapa kami ketika masuk ke ruangan ini. Amaruli lalu menunjukkan koleksi yang ada di lantai dasar sebelum naik tangga, yaitu batu prasasti kedatangan Saudagar China abad 17.

Peserta tur melihat papan deskripsi tentang Pemandangan Menara Syahbandar, Sabtu (28/12/2019) malam.Nicholas Ryan Aditya Peserta tur melihat papan deskripsi tentang Pemandangan Menara Syahbandar, Sabtu (28/12/2019) malam.

"Ini ada batu, batu ini salah satu batu asli kedatangan Saudagar China dari awal datang sampai meninggal di Batavia. Ini juga jadi penanda titik nol Batavia atau Jakarta," kata Amaruli.

Naik tangga sedikit, pemandu memperlihatkan kepada kami lukisan suasana depan Museum Bahari dan Menara Syahbandar pada zaman kolonial.

Melalui lukisan tersebut tergambarkan bahwa sungai di depan Museum Bahari masih aktif dengan lalu lalang kapal atau perahu tradisional.

Pemandangan dari ruangan pemantau kapal di Menara Syahbandar pada malam hari, Minggu (29/12/2019).Nicholas Ryan Aditya Pemandangan dari ruangan pemantau kapal di Menara Syahbandar pada malam hari, Minggu (29/12/2019).
Sekadar informasi, untuk menaiki anak tangga di Menara Syahbandar, pengunjung harus berhati-hati karena tangga yang sudah berusia ratusan tahun rentan patah.

Tak hanya itu, pengunjung juga bisa terjatuh jika tidak berhati-hati karena jarak anak tangga satu dengan lainnya cukup jauh.

Naik ke lantai selanjutnya, kami melihat banyak kotak kaca berisi teropong yang masih asli dan berusia hampir satu setengah abad.

"Teropong-teropong ini yang digunakan untuk memantau kapal. Nah ini bisa dipanjangin atau dipendekin. Lensanya sedikit agak cekung. Jadi teropongnya dipanjangin kalau masih jauh terlihat, nah kalau kapal sudah mau mendekat, dia dipendekin," jelas Amaruli.

Jendela Menara Syahbandar yang masih asli dan tidak berubah sejak dibangun tahun 1839.Nicholas Ryan Aditya Jendela Menara Syahbandar yang masih asli dan tidak berubah sejak dibangun tahun 1839.

Kami juga melihat banyak jendela-jendela besar khas bangunan tua yang menurut Amaruli masih dalam kondisi asli.

Tiba di lantai paling atas, yaitu tempat pemantauan kapal. Lantai ini memiliki lukisan yang menggambarkan bahwa pada masa kolonial, orang-orang Indonesia memantau kapal dengan berpakaian dan menggunakan sarung.

Orang-orang Indonesia pemantau kapal tersebut dulu disebut dengan Ki Demang atau kepala distrik, wedana pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda.

Koleksi teropong yang digunakan untuk memantau kapal pada masa kolonial di Menara Syahbandar, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (29/12/2019).Nicholas Ryan Aditya Koleksi teropong yang digunakan untuk memantau kapal pada masa kolonial di Menara Syahbandar, Penjaringan, Jakarta Utara, Minggu (29/12/2019).

"Siap Meneer, kami siap standby. Ini pada tahun 1920-an, ketika Belanda masih menguasai area ini," ujar Amaruli.

Amaruli juga menambahkan, jika dalam tugasnya, Demang tidak boleh meninggalkan pantauan. Ia harus selalu fokus pada kapal-kapal yang lalu lalang dalam jalur perdagangan keluar masuk Kota Batavia.

Selain itu, kami juga diajak melihat pemandangan sekeliling area Menara Syahbandar, mulai dari Tugu Pantura, Jembatan, bioskop pertama, dan Museum Bahari.

Batu prasasti kedatangan Saudagar China ke Batavia pada abad 17 yang dikoleksi Menara Syahbandar, Penjaringan, Jakarta Utara.Nicholas Ryan Aditya Batu prasasti kedatangan Saudagar China ke Batavia pada abad 17 yang dikoleksi Menara Syahbandar, Penjaringan, Jakarta Utara.

Terkait kapasitas pengunjung, Amaruli mengatakan setiap pengunjung bisa sampai lantai paling atas menara, asalkan berjumlah maksimal 30-35 untuk anak sekolah, dan pengunjung dewasa, 20-25 orang.

"Kalau kebanyakan kan ini bangunan kuno, tangga kayu juga, kita antisipasi. Jadi kalau ada pengunjung membeludak, pasti kami bagi kelompok," tambah Amaruli.

Tugu Pantura terlihat dari pos pemantaauan kapal di Menara Syahbandar pada Minggu (29/12/2019) malam.Nicholas Ryan Aditya Tugu Pantura terlihat dari pos pemantaauan kapal di Menara Syahbandar pada Minggu (29/12/2019) malam.

Setiap pengunjung Museum Bahari juga bisa sekalian berkunjung ke Menara Syahbandar.

"Itu merupakan satu paket, jadi kalau sudah beli tiket masuk Museum Bahari, ya bisa juga lanjut ke Menara Syahbandar," katanya.

Harga tiket masuk Museum Bahari yaitu Rp 5.000 untuk dewasa, Rp 3.000 untuk mahasiswa, dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Museum buka setiap hari Selasa sampai Minggu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com