Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkunjung ke Museum Tumurun, Beberapa Hal Berikut Mesti Diperhatikan

Kompas.com - 04/01/2020, 08:26 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.comMuseum Tumurun merupakan museum privat milik keluarga Lukminto pendiri PT Sri Rejeki Isman (Sritex), yang berlokasi di Jalan Kebangkitan Nasional Solo, dekat Taman Sriwedari.

Dibangun oleh anak Almarhum HM. Lukminto, pendirian Museum Tumurun memang ditujukan untuk memajang koleksi karya seni milik ayahnya.

“Dari sana jugalah asal muasal nama Tumurun, yaitu dari kata turun-temurun,” kata guide yang menemani perjalanan Kompas.com beberapa waktu lalu.

Dilihat dari sisi depan, bangunan Museum Tumurun tidak terlihat seperti museum pada umumnya.

Baca juga: Niat Masyarakat Berkunjung ke Museum Semakin Tinggi

Pagar dan bangunan Museum Tumurun berwarna putih bersih, dengan desain modern. Museum Tumurun juga tidak memasang papan nama sehingga orang yang melewatinya bisa saja mengira bangunan Museum Tumurun adalah sebuah rumah besar.

Di luar pagar Museum Tumurun, petugas akan menyapa dan menanyakan identitas pengunjung yang datang.

Jika sudah, pengunjung diizinkan masuk ke halaman Museum Tumurun untuk menunggu jadwal kunjungan dan pintu dibuka.

Sebelum memasuki area koleksi karya seni dipajang, petugas atau guide akan terlebih dahulu memaparkan sejarah Museum Tumurun, dan aturan-aturan yang harus ditaati pengunjung.

Baca juga: Menenggang Empati, Berkunjung Ke Museum Nasional

Tidak hanya bertugas sampai di sana, guide juga akan menjelaskan, dan menjawab pertanyaan pengunjung terkait karya seni yang dipajang. Tak perlu khawatir, pengunjung tidak perlu membayar guide yang bertugas karena sudah termasuk fasilitas dari Museum Tumurun.

Sama seperti bagian luarnya, bagian dalam Museum Tumurun juga dicat putih bersih. Hal tersebut membuat nuansa muram yang sering kali terasa di museum menghilang sama sekali. Peletakkan lampu di berbagai sisi menambah terang ruangan.

Ketika berkeliling melihat koleksi karya seni, pengunjung tidak akan merasa kepanasan karena bagian-bagian Museum Tumurun dipasangi AC.

Terdiri dari dua lantai, Museum Tumurun memiliki kurang lebih 150 koleksi karya seni berupa lukisan, instalasi seni, hingga mobil antik.

Baca juga: Pameran Seni Rupa Orak-arik di Solo

Salah satu sisi Museum Tumurun.Kompas.com/Inadha Rahma Nidya Salah satu sisi Museum Tumurun.

Di lantai dua, tersimpan karya old master seperti Affandi, Ahmad Sadali, Antonio Blanco, Hendra Gunawan, S. Sudjojono, Johan Rudolf Bonnet, Walter Spies, Basoeki Abdullah, dan Raden Saleh. Namun, koleksi di lantai dua hanya bisa dilihat kalangan terbatas.

Meski begitu, di lantai satu pengunjung bebas menikmati karya seniman-seniman kontemporer seperti Tisna Sanjaya, Eddy Susanto, Hery Dono, dan Rudi Mantofani.

Museum Tumurun memiliki banyak spot foto instagramable. Contohnya pada instalasi Floating Eyes yang merupakan salah satu ikon terkenal Museum Tumurun.

Floating Eyes karya Wedhar Riyadi, salah satu koleksi Museum Tumurun yang paling digemari pengunjung.Kompas.com/Inadha Rahma Nidya Floating Eyes karya Wedhar Riyadi, salah satu koleksi Museum Tumurun yang paling digemari pengunjung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com