Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Kamu Terkena Depresi Usai Liburan? Ini Gejalanya

Kompas.com - 04/01/2020, 17:40 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kamu pasti pernah berlibur ke suatu tempat yang menyenangkan dan tak terlupakan--entah karena cuaca, lingkungan, atau tempat wisata di sana.

Tak jarang, saking senangnya dengan tempat wisata tersebut, kamu akan terus-menerus memutar kembali pengalaman itu di perjalanan pulang seusai berlibur.

Namun, jika terus-menerus memikirkannya, bisa jadi kamu tengah mengalami kondisi Post-Vacation Blues, atau yang lebih dikenal dengan Post-Holiday Syndrome (PHS).

Apa itu Post-Holiday Syndrome?

Menurut Psikolog Ratih Ibrahim, Post-Holiday Syndrome adalah suatu kondisi yang membuat kualitas dan produktivitas hidup seseorang menjadi terganggu.

"Ini (PHS) terjadi pada seseorang setelah liburan. Biasanya karena liburannya terlalu lama. Mood dia masih liburan padahal dia sudah harus kembali dan berfungsi dalam ritme hidup yang normal seperti kerja atau belajar," kata Ratih saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/1/2020).

Ratih mengatakan, gejala umum PHS adalah rasa malas, tidak bersemangat, tidak antusias, dan tidak ceria dalam melakukan rutinitas sehari-hari.

Meskipun gejalanya sedikit mirip dengan jet lag, namun PHS dapat membuat seseorang uring-uringan. Dengan kata lain, kamu seperti sedikit depresi setelah liburan.

Dalam satu kasus, anak yang terkena PHS terkadang akan selalu ingin bermain terus, sehingga mengganggu waktu belajar.

Baca juga: 8 Tren Traveling Tahun 2020

Sementara untuk orang dewasa, PHS terkadang akan membuat seseorang mengeluh. Jika keluhan terjadi dalam lingkungan kantor, maka hal tersebut akan memengaruhi perasaan dan produktivitas orang lain.

Menurut Psikolog Mira Amir, PHS juga dapat terjadi jika seseorang merasa tidak bahagia di tempat asalnya, namun merasa bahagia di tempat yang dijadikan tujuan untuk berlibur.

"Orang akan menyenangi tempat yang membuat mereka senang dan nyaman. Kalau sampai seseorang lebih menyenangi tempat liburan dan tidak ingin pulang, terlebih lagi anak-anak, maka orang tua pasti akan berpikir ada yang salah dengan rumah mereka,” kata Mira.

Hal tersebut bisa saja terjadi jika keadaan rumah tidak sebersih tempat mereka menginap ketika sedang berlibur. Tentunya dengan keadaan seperti itu mereka akan selalu teringat akan tempat mereka berlibur dan membuat mereka sedih karena harus kembali ke rumah.

ilustrasi travelinganyaberkut ilustrasi traveling
Dalam kasus PHS yang dialami anak-anak, Mira juga mengatakan, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya perbedaan dengan lingkungan keluarganya.

Bisa saja ketika mereka sedang berlibur, keluarga mereka baik-baik saja, sehingga membuat mereka senang. Namun ketika mereka kembali ke rumah, keluarganya kembali sering bertengkar.

"Ditambah lagi, jika mereka tahu bahwa ketika mereka kembali dari berlibur, mereka harus kembali masuk sekolah," kata Mira.

Baca juga: Tips Merapikan Barang Setelah Liburan

Mira menambahkan, PHS yang dialami oleh orang dewasa dan anak-anak terjadi karena adanya sesuatu yang tidak bisa dipenuhi di tempat tinggal mereka, namun terpenuhi di tempat mereka berlibur.

Beberapa di antaranya adalah tuntutan akan pencapaian, keharmonisan seseorang dengan orang lain, kondisi tempat tinggal, dan kebebasan yang mereka rasakan.

Sementara untuk orang dewasa, Mira mengatakan PHS mungkin akan terjadi karena faktor dari pekerjaan atau hubungan dengan pasangan yang membuat mereka tidak senang.

Baca juga: 10 Cara Menghindari Stres di Bandara

Cara mengatasi Post-Holiday Syndrome

Cara untuk mengatasi PHS adalah dengan mengambil tanggung jawab untuk memosisikan keadaan dan pikiran mereka ke rutinitas sehari-hari seperti semula dan kembali profesional.

Sebab, jika mereka terus mengeluh atau dalam keadaan yang tidak produktif, hal tersebut akan memberi contoh buruk kepada lingkungan sekitar. Apabila mereka memiliki anak, maka dapat membuat energi di dalam rumah negatif.

"Be grateful bahwa sudah liburan. Be positive dalam menyambut hari kerja kembali. Di kantor dan tempat kerja, be focus and work smart," kata Ratih.

Baca juga: Musim Liburan, Pantai-pantai di Bangka Ramai Pengunjung

Sementara cara untuk mengatasi PHS pada anak-anak, menurut Ratih, waktu kepulangan dari berlibur jangan terlalu dekat dengan waktu kembali sekolah. Dengan begitu, anak memiliki waktu beradaptasi kembali ke rutinitas awal.

Selama periode adaptasi tersebut, anak dapat kembali diajak bangun pagi, sarapan dan makan siang rutin, menata lemari baju dan meja belajar, merapihkan buku sekolah, dan tidur lebih cepat.

Dengan melakukan kegiatan di sekitar rumah, anak dapat cepat pulih dari PHS.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi
Adaptasi seseorang dari waktu berlibur hingga waktu senggang di rumah sangat penting untuk mempersiapkan diri mereka kembali ke rutinitas semula.

Psikolog Mira Amir mengatakan, beradaptasi merupakan sebuah proses yang membuat otak manusia harus bekerja secara berbeda dan akan menguras tenaga.

Oleh karena itu, jangka waktu seseorang ketika sedang bepergian memiliki pengaruh yang besar terhadap terjadinya PHS.

"Ketika lama (waktu yang dihabiskan untuk berlibur), mereka sudah beradaptasi dengan tempat dia sedang liburan. Sudah terbiasa. Biasanya akan terjadi kalau mereka berliburnya hingga kurang lebih tiga bulan," kata Mira.

Baca juga: Liburan di Pantai Ancol, Wajib Perhatikan 5 Tips Berikut Ini

Semakin lama seseorang melakukan perjalanan ke suatu tempat, maka seseorang cenderung akan lebih mudah terkena PHS. Terlebih lagi jika tempat yang dikunjungi memiliki perbedaan zona waktu dan cuaca yang ekstrim, perbedaan suhu, waktu, dan makanan.

Mira mengatakan, PHS akan terjadi pada anak-anak tergantung dengan temperamen masing-masing. Apabila mereka memiliki temperamen mudah, maka mereka cenderung akan lebih cepat pulih dari PHS.

Ratih menuturkan bahwa PHS seharusnya tidak terjadi sampai berlarut-larut. Jika terjadi, maka orang yang mengalaminya mungkin memiliki masalah dengan hidupnya.

Baca juga: Supaya Tak Stres dan Mental Lebih Sehat, Pergilah Liburan...

"Orang dewasa yang sehat secara kejiwaan memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya dan hidupnya. Maka dari itu mereka tidak akan terkena Post-Holiday Syndrome. Kalaupun ada, mereka hanya akan mengalaminya sebentar," kata Ratih.

Ratih menambahkan jika seseorang mengalami PHS dalam waktu lebih lama dari yang lain, maka sebaiknya mereka melakukan konseling dengan bantuan profesional. Sebab, selama liburan mungkin mereka memiliki pengalaman traumatik atau bahkan ada sesuatu yang salah pada orang tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com