Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Itinerary 4 Hari 3 Malam di Tanjung Pinang

Kompas.com - 07/01/2020, 18:50 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

Akau Potong Lembu bisa ditempuh sekitar 30 menit dari dermaga Tanjung Pinang menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Akau Potong Lembu, Pilihan Kuliner Malam di Tanjung Pinang

Kami sampai ke sana sekitar pukul 20.00 WIB dan keadaan sudah sangat ramai. Agak sulit mendapatkan tempat duduk dan tak bisa dilakukan reservasi.

Kamu bisa berkeliling untuk memilih makanan yang ingin kamu coba. Tapi hati-hati, karena di tempat ini terdapat cukup banyak pedagang makanan non halal. Sebaiknya tanyakan lebih dulu pada pedagang untuk memastikan.

Hari ke-3

- Keliling Senggarang

Di hari ketiga, kami memulainya dengan berwisata keliling Kecamatan Senggarang, sebuah daerah yang didominasi oleh etnis Tiochiu.

Di sini, terdapat banyak vihara bersejarah yang bisa kamu kunjungi. Salah satunya adalah Kuil Pohon Beringin atau The Banyan Tree Temple yang sudah sangat tua.

Kuil Pohon Beringin ini sesuai namanya, pintu masuknya dipenuhi akar pohon beringin. Dulu, bangunan yang sekarang jadi kuil ini adalah rumah kapitan Tiochiu pertama yang datang ke Senggarang.

Selain kuil tersebut, ada juga tiga serangkai klenteng tertua di Senggarang. Klenteng Dewi Macou atau Dewi Laut, Klenteng Dewa Bumi/Tanah, dan Klenteng Dewa Tai Ti Kong. Ketiga klenteng ini dipercaya telah ada sejak tahun 1880-an.

Baca juga: Melihat Kampung Pecinan di Senggarang Kecil

Kawasan Senggarang ini sangat unik. Wilayahnya yang berada di pesisir memiliki dermaga dan juga berbatasan langsung dengan laut.

Membuat banyak rumah yang telah berdiri sejak lama di sini berada di atas laut dan menggunakan pasak besar. Tak itu saja, rumah-rumah ini juga banyak yang masih bergaya tradisional dengan bahan kayu.

Rumah gambir jadi yang tertua. Rumah yang dimiliki oleh Keluarga Lim ini walaupun sudah sangat tua dan tak banyak berubah, tetap terlihat kokoh berdiri.

Kamu harus menyeberangi jembatan kayu yang agak reyot untuk bisa mencapai ke sana.

Selain itu, kamu juga bisa mengunjungi pabrik kecap nomor satu di Tanjung Pinang, yakni Kecap Cap Pagoda. Pembuatannya masih tradisional.

Menggunakan gentong-gentong yang berjejer di halaman, kecap difermentasi hingga menghasilkan rasa yang kaya. Kecap asin ini punya rasa yang nikmat, berbeda dengan kecap asin produksi pabrik.

- Makan Siang di Sup Ikan Aulia

Setelah puas berkeliling di Senggarang, saatnya mengisi perut. Kami berangkat dari Senggarang sekitar pukul 13.00 WIB. Sup Ikan Aulia yang terletak di Jalan MT Haryono No.27 ini jadi salah satu tempat favorit masyarakat Tanjung Pinang untuk menikmati sup ikan.

Kami mencoba dua macam sup ikan, yakni sup ikan yang hanya berisikan daging filet ikan dan sup ikan berisikan potongan kepala ikan. Dan yang kedua yang jadi favorit.

Baca juga: Sup Ikan Kuwe yang Kuahnya Menggigit

Rasa dari sup ikan ini cukup kuat, rasa gurih mendominasi semangkuk sup dengan kuah bening tersebut.

Selain potongan ikan bulat yang digunakan, terdapat juga irisan sawi asin yang semakin memperkaya rasa. Semangkuk sup ini dijual sekitar Rp24.000 - Rp32.000 per mangkuk. Sup ikan Aulia buka Senin - Sabtu pukul 07.00 - 17.00 WIB.

- Keliling Kota Lama

Setelah mengisi perut, sekitar pukul 14.30 kami pun berangkat menuju pusat kota Tanjung Pinang. Tujuannya untuk mengitari kota mencari jejak kolonial di Tanjung Pinang.

Kami mengunjungi beberapa tempat, mulai dari bekas benteng pertahanan Raja Haji Fisabililah yang berlokasi di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Midiyato, Tanjung Pinang.

Setelahnya, kami pun turun ke arah kota lama untuk mengunjungi Pusat Pemerintahan Gubernur Kepulauan Riau, lalu beranjak ke bekas Gedung Hiburan Belanda.

Baca juga: Ingin Menikmati Suasana Kota Lama Semarang? Ini Caranya...

Sejak dibangun pada 1928, gedung ini digunakan untuk tempat hiburan orang Belanda.

Sampai akhirnya berubah menjadi Sekolah Rakyat Menengah Chung Hwa Riau, dan akhirnya hingga saat ini dikenal sebagai Sekolah Bintang untuk SD dan SMP.

Setelahnya kami berjalan menyusuri jalanan kota yang cukup sepi, untung saja cuaca tak terlalu panas hari itu bahkan cenderung mendung.

Selanjutnya kami pun menapaki Museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai koleksi sejarah Melayu di Tanjung Pinang dan Penyengat. Biaya masuknya gratis.

- Makan Malam di The Manabu

Setelah berkeliling kota tua, kami pun beristirahat sebentar di Hotel Aston Tanjung Pinang. Setelah melepas lelah, sekitar pukul 17.30 kami berangkat untuk mencari makan malam.

Tujuan kami adalah restoran The Manabu yang terletak di sekitar kota lama, menghadap ke laut dari ketinggian dengan pemandangan gedung Gonggong dan Pulau Penyengat yang indah.

Sayangnya, saat itu momen sunset tertutup oleh tebalnya awan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com