Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tuna Bluefin: Makanan Kucing hingga Berharga Miliaran Rupiah

Kompas.com - 08/01/2020, 08:50 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Dilansir laman CNN, seekor ikan tuna sirip biru atau bluefin baru saja terjual dengan harga fantastis yaitu 193 juta yen atau setara dengan Rp 25 miliar.

Tuna sirip biru dengan bobot 276 kilogram itu di lelang saat tahun baru di Pasar Ikan Tokyo Toyosu, Minggu (5/1/2020).

Baca juga: Seekor Ikan Tuna di Jepang Laku Dijual Rp 25 Miliar

Menurut The Japan Times, tuna bluefin dikenal di Jepang sebagai hon-maguro atau "tuna sejati".

Sayangnya, meskipun tuna jenis ini sangat populer, populasinya di dunia sangat rendah, karena penangkapan yang berlebihan.

Bagaimana sejarah tuna bluefin diburu dan digemari?

Pada ratusan tahun lalu, potongan daging tuna hanya disajikan untuk kucing. Tuna sempat dianggap sebagai hidangan tidak diinginkan dan cocok untuk masyarakat kelas bawah.

Ada dua alasan utama mengenai hal tersebut. Pertama, tuna dalam bahasa Jepang kuno adalah shibi. Kata yang masih digunakan di beberapa bagian Jepang itu bermakna "hari kematian".

Kiyoshi Kimura, pengusaha restoran sushi yang dikenal dengan julukan Raja Tuna, memperlihatkan ikan tuna seberat 212 kilogram yang dibelinya dalam lelang dengan harga Rp 8,5 miliar.Behrouz MEHRI / AFP Kiyoshi Kimura, pengusaha restoran sushi yang dikenal dengan julukan Raja Tuna, memperlihatkan ikan tuna seberat 212 kilogram yang dibelinya dalam lelang dengan harga Rp 8,5 miliar.
Orang-orang dari Zaman Edo (1603-1868), terutama kelas samurai mempercayai hal tersebut, sehingga tuna memperoleh reputasi sebagai ikan yang sial.

Alasan lainnya adalah pada era tersebut manusia belum mengenal mesin pendingin. Saat ingin menyantap ikan, maka ikan akan dibiarkan hidup selama mungkin untuk memastikan kesegarannya.

Tuna yang memiliki ukuran besar seringkali tidak dapat hidup dalam jangka waktu lama, sehingga dagingnya membusuk dengan cepat. Bagian-bagian berlemak dari ikan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan bagian tanpa lemak.

Baca juga: Gunakan Kaldu dan Abon Tuna, Nasi Kuning Gorontalo Mempertahankan Cita Rasa

Orang Jepang pun sangat tidak menyukai bagian itu, sehingga bagian berlemak dianggap cocok untuk makanan kucing. 

Reputasi tuna saat itu hanya untuk masyarakat kelas bawah. Hingga tahun 1890-an, sebagian besar tuna dikonsumsi oleh nelayan yang menangkapnya, dan keluarga mereka. Mereka juga menghindari bagian berlemak.

Bagian-bagian berlemak itu yang disebut otoro, kini menjadi bagian paling diminati dan mahal dari ikan apa pun.

Sepotong otoro (daging perut berlemak) adalah salah satu potongan paling berharga yang dapat masukkan ke dalam mulut penikmatnya.

Otoro dikonsumsi dalam jumlah besar sejak 1920-an. Ketika itu dijual sebagai makanan darurat dan murah dari kios-kios jalanan setelah Gempa Kanto Besar 1923.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com