Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca Bom 2019, Kunjungan Turis ke Sri Lanka Menurun

Kompas.com - 18/01/2020, 15:00 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak peristiwa pemboman pada 21 April 2019 di tiga hotel mewah dan gereja Katolik di Sri Lanka, pariwisata negara di Samudra Hindia ini mengalami penurunan drastis dalam hal jumlah kunjungan wisatawan.

Baca juga: Sri Lanka Beri Visa Gratis 6 Bulan untuk Wisatawan Indonesia

Dilansir Daijiworld, Kementerian Pariwisata Sri Lanka mengatakan jumlah wisatawan asing yang datang ke Sri Lanka mengalami penurunan 70 persen setelah peristiwa bom tersebut terjadi.

Hal ini berarti, dari wisatawan asing yang datang sejumlah 166.975 orang, turun menjadi 37.802 pada rentang waktu April dan Mei 2019.

Padahal, sebanyak 1,9 juta orang mengunjungi pulau ini pada empat bulan pertama tahun 2019.

Menurut Sri Lanka Tourism Development Authority (SLTDA), pasar teratas pariwisata Sri Lanka adalah wisatawan dari India, Inggris, China, Jerman, dan Australia.

Namun, para ahli mengatakan SLTDA tak mencerminkan gambaran lengkap kerugian ekonomi di sektor pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting bagi perekonomian Sri Lanka.

"Ketika kami membandingkan dengan 2018, 2019 mencatat penurunan drastis. Bahkan hari ini kami memiliki pembatalan wisata untuk bulan Februari," kata Roshi Stronach, Direktur Penjualan dan Pemasaran di Lion Royal Resorts, Selasa (14/1/2020) seperti dikutip dari Daijirworld.

Perang tarif

Sebagai informasi, sejak serangan bulan April 2019 lalu yang menargetkan tiga hotel kelas atas Sri Lanka, jaringan hotel harus terlibat perang tarif untuk bersaing di tengah pasar yang hancur.

Akomodasi bintang lima dikabarkan menawarkan tarif seperti hotel bintang tiga untuk upaya menarik pengunjung.

Selain itu, kamar yang awalnya dihargai 420 dolar AS per malam di salah satu hotel paling mewah Sri Lanka, kini ditawarkan sekitar 100 dolar AS termasuk sarapan. Hal ini benar-benar menunjukkan kurangnya wisatawan yang berkunjung.

ILUSTRASI - Kereta di Sri Lankapixabay.com/AdamHillTravel ILUSTRASI - Kereta di Sri Lanka

Sementara itu, mantan Direktur Jenderal Industri SLTDA Upali Ratnayake sependapat bahwa data yang dikeluarkan oleh otoritas tentang jumlah kunjungan tidak menawarkan informasi lengkap tentang situasi itu.

Baca juga: Amankah Berlibur ke Sri Lanka Pascateror Bom Paskah?

Ia mengatakan data yang lebih jelas diperlukan untuk memahami penurunan industri, dan mengapa angkat kedatangan tidak dikonversi menjadi pendapatan untuk sektor pariwisata.

Menanggapi hal ini, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah memerintahkan peluncuran rencana promosi untuk negara dalam pemulihan lima tahun ke depan.

"Setiap langkah harus memiliki hasil langsung. Saya siap mengambill keputusan yang perlu diambil untuk negara tanpa rasa takut," ujarnya.

Presiden Sri Lanka telah menetapkan target menghasilkan pendapatan senilai 10 miliar dolar AS melalui pariwisata pada tahun 2025.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com