JAKARTA, KOMPAS.com - Jika suka jalan-jalan dan ingin menghabisakan waktu senggang yang bermanfaat, kamu bisa berkeliling dengan bus tingkat wisata gratis di Jakarta.
Ada tujuh rute bus wisata tingkat yang disediakan Pemprov DKI Jakarta, salah satunya adalah History of Jakarta (BW 1).
Kompas.com berkesempatan keliling naik bus tingkat tersebut dengan rute BW 1. Lantas, apa yang menarik?
Seperti namanya, History of Jakarta, maka rute yang dilintasi pun terkait sejarah Jakarta. Kamu akan diajak berkeliling sejumlah tempat bersejarah di Jakarta dengan bus wisata tingkat gratis ini.
Baca juga: Libur Lebaran, Bus Wisata Werkudara Solo Diserbu Wisatawan
Untuk menaiki bus BW1 rute pertama kamu bisa mulai naik dari Juanda atau Monas, lalu berhenti dititik Balai Kota-Museum Nasional-Gedung Arsip- Glodok-Museum Bank Indonesia-BNI-dan tujuan akhir di Kota Tua atau di Stasiun Kota.
Kompas.com merangkum lima tempat bersejarah di Jakarta yang bisa kamu kunjungi jika naik bus wisata rute History of Jakarta.
Baca juga: Keramik hingga Emas Berharga di Museum Gajah
Di musuem ini, kamu bisa menemukan benda-benda bersejarah saat zaman kerajaan Hindu-Buddha kuno yang terdiri dari arca, bagunan candi yang didatangkan dari berbagai seluruh kota di Indonesia.
Kamu juga bisa menemukan musik tradisional khas Jawa, gamelan. Biasanya, gamelan ini digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang dan sinden.
Tampak dari depan, gedung ini terlihat megah dengan arsitektur bangunan Belanda yang bergaya ala vintage. Dulunya gedung ini memang merupakan tempat kediaman Jendral VOC yang bernama Reinier De Klerk, dan didirikan pada tahun 1750 pada abad ke 18.
Baca juga: 3 Tempat Wisata Bersejarah di Pasar Lama Tangerang
Saat masuk ke bagian dalam, kamu akan melihat barang-barang kuno yang terdiri dari senjata, lukisan, dan barang-barang klasik lainnya yang dibuat dari ukiran-ukiran kayu.
Setelah berkeliling di halaman utama, pada halaman belakang terdapat sebuah lapangan yang hijau. Di depan lapangan tersebut juga terdapat sebuah lonceng yaang dahulu digunakan untuk memanggil tentara Belanda dalam rangka mengikuti Apel.
Namun zaman sudah berubah, kini lapangan tersebut digunakan untuk acara-acara resepsi yang biasanya digelar pada malam hari, agar terkesan bergaya pernikahan ala vintage.