Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Nasib Pasar Ekstrem Tomohon Kini?

Kompas.com - 29/01/2020, 09:40 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com Pasar Tomohon kembali menjadi sorotan masyarakat akibat kemiripannya dengan Pasar Seafood Huanan yang terletak di Wuhan, China. Kedua pasar tersebut sama-sama menjual kuliner ekstrem, salah satunya kelelawar.

Bedanya, Pasar Seafood Huanan disebut sebagai asal virus corona. Hal ini diperkuat hasil positif dari sampel yang diambil di tempat perdagangan hewan liar pasar tersebut

Lantas, bagaimana Pasar Tomohon, kini?

Baca juga: Ini 7 Alasan Anda Harus Datang ke Tomohon

Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara Henry Kaitjily mengklaim Pasar Tomohon cenderung lebih bersih. Hewan yang diperjualbelikan merupakan tangkapan segar hasil buruan di hutan. 

Meski begitu, ternyata pasar ekstrim yang terletak di Tomohon, Sulawesi Utara tersebut sedikit berbeda dari pasar di Wuhan.

"Banyak yang dijual di sana adalah hasil tangkapan masyarakat lokal, mulai dari kelelawar hingga tikus sawah. Tikus yang dijual juga bukan tikus rumah. Hewan yang dijual juga bermacam-macam," jata Henrys saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/1/2020).

Baca juga: Jika ke Tomohon, Mampirlah di Wihara dan Pagoda nan Indah Ini

Hewan-hewan liar yang dijual di Pasar Tomohon juga bukan hasil penangkaran yang lama berada di dalam kandang.

Oleh karena itu, tak semua hewan liar, termasuk kelelawar, dijual setiap hari. Sebab, menurut Henry, tangkapan kelelawar merupakan hal yang musiman.

Masyarakat masih biasa

Pedagang menyiapkan daging kelelawar di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, yang juga menjual monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra), Sabtu (18/2/2017). Sebagai salah satu primata dengan populasi terancam di dunia, perburuan monyet hitam Sulawesi untuk dijual sebagai santapan masih tinggi.AFP PHOTO / BAY ISMOYO Pedagang menyiapkan daging kelelawar di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, yang juga menjual monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra), Sabtu (18/2/2017). Sebagai salah satu primata dengan populasi terancam di dunia, perburuan monyet hitam Sulawesi untuk dijual sebagai santapan masih tinggi.
Menurut Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw, imbas virus corona, beberapa masyarakat memang jadi takut menyantap kelelawar.

Di sisi lain, ada juga masyarakat merasa biasa saja. Hal ini tak lepas dari kebiasaan mengonsumsi kelelawar sejak lama. di daerah tersebut.

"Orang-orang sini banyak yang sering makan kelelawar dan belum pernah ada kasus terkena penyakit," ujar Steven saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Bagaimana Virus Corona Berdampak pada Pariwisata Sulawesi Utara?

Kendati demikian, Steven tetap mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan dan waspada terhadap virus corona, sekalipun tidak ada persoalan di pasar tersebut.

"Kami imbau agar mereka tetap waspada. Kami juga semakin perketat keamanan sebelum wisatawan China masuk ke Sulut," kata Steven.

"Untuk pencegahan virus corona ya langkah kita adalah mencegahnya dari China (melalui pemasangan alat pendeteksi suhu tubuh di bandara) dan bukan di pasar. Pintu masuk ke Sulut yang kita jaga," lanjutnya.

Baca juga: Imbas Virus Corona, Semua Penerbangan Lion Air Rute China Dibatalkan Sementara Per Februari 2020

Kunjungan Wisatawan Ke Pasar Ekstrim Tomohon

Seorang pedagang menunjukkan monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) yang dijualnya di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu (18/2/2017). Sebagai salah satu primata dengan populasi terancam di dunia, perburuan monyet hitam Sulawesi untuk dijual sebagai santapan masih tinggi.AFP PHOTO / BAY ISMOYO Seorang pedagang menunjukkan monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) yang dijualnya di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, Sabtu (18/2/2017). Sebagai salah satu primata dengan populasi terancam di dunia, perburuan monyet hitam Sulawesi untuk dijual sebagai santapan masih tinggi.
Pasar Tomohon merupakan pasar tradisional yang sudah ada di Kota Tomohon sejak zaman dulu.

Menurut Henry, Pasar Tomohon merupakan bagian dari pariwisata Kota Tomohon, meskipun tidak termasuk ke dalam daftar tempat wisata yang dikunjungi. 

Jika ada wisatawan yang ingin datang, maka tidak ada pelarangan.

Baca juga: Virus Corona China dan Dampaknya pada Pariwisata Bali

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com