Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Hunian Hotel di Yogyakarta Tidak Capai Target, Gara-gara Hotel Virtual?

Kompas.com - 30/01/2020, 10:40 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Yogyakarta sebagai destinasi wisata tentu ramai dengan bisnis penginapan seperti hotel, dan homestay. Bisnis tersebut diperlukan untuk mengakomodasi para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang berwisata di Yogyakarta.

Namun kenyataannya, tingkat hunian hotel di Kota Gudeg ini tidak mencapai target pada tahun 2019. Hal ini dikatakan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Yogyakarta, Deddy Pranowo ketika ditemui Kompas.com, Jumat (24/1/2020).

"Tingkat hunian kami rata-rata baru mencapai 65 persen. Ini jauh dari target kita yaitu sekitar 80 persen. Masih sisa kurang 15 persen," kata Deddy kepada Kompas.com.

Baca juga: Bukit Paralayang Watugupit, Tempat Hits Lihat Senja di Yogyakarta

Deddy mengatakan, ada tiga penyebab yang membuat hotel-hotel di Yogyakarta sulit untuk mengalami peningkatan, seperti manajemen hotel virtual, harga tiket pesawat dan aksesibilitas bandara.

Manajemen hotel virtual, misalnya, dianggap begitu meresahkan industri hotel yang sudah berizin.

Hotel virtual merupakan sebuah penginapan yang dikelola virtual hotel operator yang pemesanannya dapat dilakukan secara online dan offline.

Baca juga: Viral Air Terjun 6 Tingkat di Yogyakarta, Bangunan Grojogan Watu Purbo Ada Sejak 1975

Sementara virtual hotel operator adalah platform online yang bekerjasama dengan penginapan sekaligus menghubungkan properti mereka dengan konsumen.

"Dengan adanya manajemen virtual seperti kos-kosan bisa harian, rumah, itu kan belum tentu mempunyai izin usaha," ujar Deddy.

"Kedua, belum tentu mereka punya standar pelayanan, sertifikasi usaha jasa. Ini penting dan harus ada, karena berkaitan dengan standar mutu pelayanan. Jangan sampai itu membuat kecewa wisatawan," lanjutnya.

Baca juga: Catat! Ada Pesta Durian di Kulon Progo, Yogyakarta Pada 1 Februari 2020

Jika maraknya kos-kosan, rumah, yang beralih fungsi menjadi hotel tak berizin tersebut tetap dilakukan tanpa aturan, menurut Deddy, ujungnya dapat merugikan destinasi wisata.

Namun, Deddy tidak menolak adanya manajemen virtual hotel karena merupakan tuntutan zaman.

"Yang kita tolak adalah propertinya karena tidak sesuai dengan peruntukannya, tidak sesuai dengan izinnya. Itu akan berdampak pada kami yang sudah berizin lengkap, bersertifikasi dan SDM-nya berkompeten," tambahnya.

Baca juga: Supoyo, Alternatif Oleh-oleh Kekinian di Yogyakarta

Meski demikian, selaku Ketua PHRI Yogyakarta, Deddt tetap akan membimbing hotel virtual untuk membuat izin usaha terlebih dulu sebelum melanjutkan bisnis penginapannya.

Penyebab kedua adalah tiket pesawat yang tidak terjangkau. Deddy mengatakan, tingginya harga tiket pesawat memiliki pengaruh terhadap tingkat hunian hotel di Yogyakarta yang tak mengalami kenaikan.

"Tiket pesawat ini juga cukup mahal, bagaimana bisa meningkatkan hunian jika tidak ada wisatawan, karena harga tiket pesawat yang masih seperti itu," ujarnya.

Baca juga: Agendakan Liburan ke Yogyakarta, Ada 283 Acara Wisata pada 2020

Ketiga adalah aksesibilitas wisatawan mancanegara yang tidak bisa direct flight langsung ke Yogyakarta.

Deddy menjelaskan, selama ini penerbangan internasional ke Yogyakarta masih harus melalui Bali. Namun ia berharap pada bandara baru yaitu Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo untuk kembali mendongkrak tingkat hunian hotel.

"Dengan adanya bandara baru yaitu Bandara Internasional Yogyakarta, saya berharap banyak airlines atau travel agent dari asing yang ingin direct flight langsung ke Yogyakarta, dan ini harus kita raih," kata Deddy.

"Karena wisatawan saya rasa juga sudah jenuh dengan Bali, Batam, Jakarta dan ini harus kita raih," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com