"Kami mau tunjukan kepada para Millennial kalau kita mampu jaga kualitas rasa es krim yang kita buat sejak 80 tahun lebih," lanjutnya.
Baca juga: Jelajah Kota Lama Semarang, Ikuti Itinerary 1 Hari Berikut Ini
Lantas, bersama anaknya yang jadi generasi keempat, Yenni optimis Toko Oen mampu bersaing menggenjot bisnis es krimnya.
Ia mengakui beberapa produsen es krim kini berlomba-lomba menggenjot penjualan dengan menyasar segmen Millennial.
"Tapi kami sebagai yang tertua di Semarang tidak kalah soal cita rasa. Kalau sekarang lagi ramai es krim di setiap tempat, kita tentunya tetap pertahankan cara lama sambil mengembangkan varian rasa yang baru," kata Yenni.
"Kami saat ini punya 16 pilihan rasa es krim dan beberapa di antaranya jadi unggulan," ungkapnya.
Baca juga: Dua Durian Lokal Unggul dari Semarang, Tak Kalah dari Durian Impor
Mesin berusia 80 tahun
Yenni berujar, cita rasa yang khas dari es krim Toko Oen akan tetap bertahan dengan diproduksi menggunakan dua buah mesin berpendingin minus 20 derajat.
Mesin yang khusus didatangkan dari Italia ini terbilang jadul dengan memakan waktu pembuatan yang sangat lama.
"Putaran mesin esnya pelan sekali, dengan begitu kan tekstur rasanya lebih terasa. Yang kita pakai itu mesin pendingin minus 20 derajat. Mesinnya juga sudah berumur 80 tahun, dulunya kita impor dari Italia karena di Indonesia belum ada yang bikin," jelasnya.
Baca juga: 4 Oleh-oleh Semarang yang Wajib Dibawa Pulang
Yenni bercita-cita, dengan menempati Gedung GKBI ini, ke depan mampu menorehkan jejak sejarah baru di kawasan Kota Lama.
Salah satunya memadukan sejarah panjang Toko Oen yang berdiri sejak 1936 dengan keunikan gedung tua di Kota Lama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.