Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Makanan Ekstrem dari Indonesia, Berani Coba?

Kompas.com - 03/02/2020, 22:02 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia terkenal akan kekayaan kuliner yang berbeda setiap daerah.

Jika berkunjung ke suatu daerah, uniknya kita bisa menemukan makanan khas. Ada beberapa makanan khas yang terbilang biasa bahkan ekstrem bagi pendatang.

Namun bagi warga lokal, makanan tersebut terbilang biasa, lezat, dan bergizi. Berikut adalah 10 makanan ekstrem di Indonesia, dikutip dari Tribun Travel:

1. Paniki

Orang Minahasa memiliki makanan khas yang disebut paniki. Paniki merupakan kelelawar pemakan buah yang dimasak dengan santan.

Kelelawar pemakan buah memiliki bentuk tubuh yang sedikit lebih besar dari kelelawar pada umumnya.

Oleh karena itu, kelelawar jenis tersebut dipilih agar penyantap lebih puas dalam menikmati sup paniki. Biasanya kelelawar dibakar untuk dihilangkan bulunya.

Lalu dimasak dengan santan dan bumbu seperti bawang merah, bawah putih, cabai, serai, dan lainnya.

Selain Minahasa, daerah lain di Indonesia yang memanfaatkan protein kelelawar adalah daerah Gunungkidul di Yogyakarta, beberapa daerah di Kepulauan Maluku dan Kalimantan.

Baca juga: Tak Hanya Sup Kelelawar di China, Ini Ragam Kuliner Kelelawar di Dunia

2. Didih

Didih disebut juga saren, adalah darah ayam bisa juga kambing atau sapi yang diolah dengan cara dikukus. Untuk menambah sedap didih hanya perlu menaburkan garam.

Makanan satu ini lebih mudah ditemui di daerah Jawa Timur, khususnya di penjual gulai.

Ulat sagu dalam keadaan hidup untuk dimakan.KOMPAS.com/Fidel Ali Ulat sagu dalam keadaan hidup untuk dimakan.

3. Sabeta

Kuliner ekstrem berikutnya ada Sabeta yang terbuat dari bahan ulat sagu. Sabeta bisa disantap di beberapa daerah seperti di Maluku dan Papua.

Jika di Maluku, Sabeta disajikan dalam olahan sate, sedangkan di Papua Sabeta sering dimakan mentah-mentah.

Baca juga: Apa Rasanya Makan Ulat Sagu Hidup-hidup di Raja Ampat?

 

4. Sate Biawak

Reptil yang hidup di rawa-rawa ini dijadikan makanan ekstrem bagi sebagaian orang Jawa.

Biasanya Biawak akan diolah menjadi sate maupun tongseng sesuai selera.

Beberapa orang meyakini jika daging Biawak bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit dan asma.

Belalang goreng ala Gunungkidul, Yogyakarta. Hama yang jadi berkah ketika diolah jadi kuliner. TRIBUN JOGJA/HAMIM THOHARI Belalang goreng ala Gunungkidul, Yogyakarta. Hama yang jadi berkah ketika diolah jadi kuliner.

5. Belalang Goreng

Jika liburan ke Gunungkidul juga akan dengan mudan menemukan kuliner ekstrem belalang goreng.

Belalang goreng ini dulunya dijadikan lauk untuk pengganti daging ayam yang masih mahal harganya.

Belalang goreng yang digunakan didapat dari belalang kayu yang ukurannya lebih besar dari belalang di sawah.

Cara pengolahannya juga cukup teliti, bagian organ dalam belalang dibersihkan kemudian digoreng dan ditambahkan bumbu.

Baca juga: Menikmati Syahdunya Petang di Embung Nglanggeran, Gunungkidul

6. Botok tawon

Masih di Jawa, ada kuliner ekstrem Botok Tawon di daerah Banyuwangi. Botok Tawon terbuat dari sarang lebah atau dalam Bahasa Jawa disebut tawon.

Sarang lebah yang telah dipotong menjadi ukuran kecil kemudian dibungkus dalam daun pisang dan diberi bumbu botok dengan cabai.

Ilustrasi sambal tumpang.Dok. Shutterstock Ilustrasi sambal tumpang.

7. Sambal tumpang

Sambal tumpang memanfaatkan tempe sebagai bahan utama. Uniknya tempe yang digunakan adalah campuran tempe yang sudah mau busuk dan tempe yang masih dalam kondisi baus.

Tempe lalu ditumis dengan berbagi bumbu dapur, santan, dan penyedap rasa. Hasilnya ada bau khas dari tempe busuk ketika disantap. Sambal tumpang terkenal dari kawasan Jawa Tengah.

8. Lawar merah

Lawar merah adalah salah satu makanan dalam budaya Bali. lawar merupakan sayuran yang disayat tipis kemudian dicampur aneka rempah dan bumbu dapur.

Lawar biasanya dilengkapi daging kelapa tua parut dan suwiran daging protein. Khusus lawar merah, dirisam dengan darah entah itu ayam atau babi. Lawar harus selalu ada dalam upacara keagamaan Hindu Bali.

Baca juga: Susah tetapi Seru, Belajar Masak Lawar dan Sate Lilit

9. Torpedo

Torpedo atau testis kambing ini dapat dipesan di rumah makan sate kambing daerah Jawa. Umumnya torpedo kambing akan ditaroh di piring dan ditutup daun pisang oleh penjual.

Ada kepercayaan di masyarakat menyantap torpedo dapat meningkatkan libido.

Puthul Serangga diawal Musim Penghujan, Menjadi Makanan Ekstrim GunungkidulKompas.com/Markus Yuwono Puthul Serangga diawal Musim Penghujan, Menjadi Makanan Ekstrim Gunungkidul

10.  Puthul

Merupakan sejenis kumbang yang banyak terdapat di dedaunan di awal musim penghujan. Oleh masyarakat Gunungkidul, Yogyakarta, puthul dijadikan sebagai bahan utama pembuatan makanan.

Hal ini dilakukan lantaran larva puthul dianggap sebagai hama sehingga berpotensi merusak pertanian warga. Sebelum digoreng, Puthul dibersihkan menggunakan air. Bagian sayap puthul yang cukup keras itu harus lepaskan terlebih dahulu dari tubuhnya.

 

 

Jika sudah bersih, puthul di beri bumbu bacem kemudian ditiriskan dan digoreng. Tak hanya menjadi hidangan konsumsi, puthul juga dijual oleh warga setempat sebesar Rp 40.000 per 1.500 ml botol air mineral.

Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul "8 Kuliner Ekstrem di Berbagai Daerah di Indonesia, Ada Botok dari Sarang Tawon,"

https://travel.tribunnews.com/2020/02/03/8-kuliner-ekstrem-di-berbagai-daerah-di-indonesia-ada-botok-dari-sarang-tawon

Penulis: Nurul Intaniar
Editor: Gigih Prayitno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com