JAKARTA, KOMPAS.com - Wabah virus corona berdampak bagi dunia perhotelan di Indonesia, salah satunya tingkat okupansi yang diprediksi menurun.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) kompak mengatakan, kasus virus corona membuat penurunan tingkat hunian hotel.
Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran, misalnya, mengakui adanya penurunan okupansi karena virus corona.
Baca juga: Antisipasi Virus Corona, Penerbangan Rute China-Indonesia Ditunda Sementara
Namun ia belum bisa memberikan data secara detail berapa persen dampak tersebut, karena belum memperoleh data secara nasional dari berbagai hotel yang tergabung dalam PHRI.
"Kalau saat ini kami hanya bisa menebak, memperkirakan saja. Penurunan pasti ada, apalagi ada penutupan penerbangan dari dan ke China mulai Rabu (5/2/2020)," kata Maulana ketika dihubungi Kompas.com, Senin (3/2/2020).
Maulana melanjutkan, virus corona akan berdampak ke beberapa hotel di daerah-daerah wisata seperti Manado, Batam, dan Bali. Pasalnya, destinasi wisata tersebut paling sering dikunjungi wisatawan China.
Baca juga: Cegah Wabah Virus Corona, Rusia Larang Kunjungan Pelancong dari China
Selain wisata atau leisure, business trip juga akan terkena imbasnya. Adapun daerah yang berdampak adalah Jakarta.
"Wisatawan asal China yang akan berbisnis atau bekerja di Jakarta juga akan berkurang karena tertutupnya akses," ujarnya.
Lanjutnya, penurunan okupansi telah diantisipasi oleh pemerintah yang kini berfokus pada wisatawan nusantara (wisnus). Menurutnya, lima destinasi super prioritas yang telah dicanangkan pemerintah dapat membantu industri perhotelan untuk menutupi penurunan.
"Jangan sampai wisman saja yang dikejar, tapi wisatawan domestik (nusantara) juga perlu diperhatikan," tambahnya.
Baca juga: Wabah Virus Corona, Jepang Larang Kunjungan Pelancong dari Provinsi Hubei
Dampak ke hotel di Bali
Menurutnya, hotel-hotel di daerah seperti Tuban, Kuta, Seminyak, Jimbaran, dan Nusa Dua rata-rata mengalami penurunan setelah merebaknya virus corona.
"Jumlahnya lebih dari 20 sampai 30 persen di Tuban, Kuta, Seminyak, Jimbaran, dan Nusa Dua. Okupansinya berkisar antara 35 sampai 45 persenan walau mungkin masih ada yang di atas 50 persen namun kebanyakan di bawah 50 persen," kata Made Ramia.
Baca juga: Wabah Virus Corona, 10.000 Wisatawan China Diprediksi Tak Jadi ke Bali
Lanjutnya, penurunan juga berdampak di hampir semua destinasi utama, mengingat China adalah market yang mendominasi hampir 27 persen tingkat kunjungan ke Bali. Hal ini berpengaruh terhadap penurunan okupansi hotel di Bali.
Ia menambahkan, setiap persentase mix market hotel berbeda-beda akan memiliki dampak signifikan yang berbeda pula.
"Kalau market Chinanya lebih dari 30 persen atau 40 persen maka dampaknya akan lebih parah. Sementara, hotel-hotel yang hanya menargetkan 10 hingga 15 persen pasar China maka dampaknya tidak terlalu signifikan terhadap penurunan okupansi hotel," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.