Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya Perayaan Cap Go Meh Zaman Dulu, Bedakah dengan Masa Kini?

Kompas.com - 09/02/2020, 10:08 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

KOMPAS.com Cap Go Meh, atau tanggal 15 Cia-gwee merupakan hari yang disebut sebagai penutup perayaan Tahun Baru Imlek.

Masyarakat Tionghoa akan melakukan perayaan sebagai penutupan perayaan Tahun Baru Imlek yang tidak kalah meriahnya dari saat pergantian tahun terjadi.

Mengutip buku “Hari-Hari Raya Tionghoa” yang ditulis oleh Marcus A.S terbitan Suara Harapan Bangsa, Cap Go Meh juga disebut sebagai pesta Goan Siauw atau hari lahirnya Roh Yang Memerintahkan Bumi dan Langit (Siang Goan Thian Koan).

Baca juga: Sudah Ada Sejak 2 Abad Lalu, Ini Cara Membuat Lontong Cap Go Meh

Dalam sejarahnya, roh yang juga disebut dengan Tiong Goan Tee Koan lahir pada tanggal 15 Cit-gwee Imlek (bulan ketujuh).

Namun, Cap Go Meh tetap dilakukan oleh masyarakat Tionghoa sebagai penghormatan akan Siang Goan Thian Koan yang akan mengampuni seluruh dosa manusia.

Siang Goan Thian Koan merupakan salah satu dari Tiga Penguasa Bumi bersama dengan Tiong Goan Tee Koan dan Hee Goan Sui Koan.

Melansir Tridharma.or.id, Senin (27/1/2020), Thian Koan adalah Dewa Penguasa Langit. Sementara Tee Koan adalah Dewa Penguasa Bumi, dan Sui Koan adalah Dewa Penguasa Air.

Perayaan Cap Go Meh zaman dulu

Pada zaman pemerintahan Kaisar Tong Jwee Cong tahun 710 – 712 Masehi, Cap Go Meh dirayakan secara besar-besaran dengan pendirian pohon setinggi 100 kaki yang diperintahkan oleh kaisar.

Pada pohon tersebut, lilin yang ditaruh di dalam gelas akan dipasang sebanyak kurang lebih 50.000 buah untuk menerangi pohon yang diberi nama Go San.

Selama perayaan Cap Go Meh, kaisar akan memperbolehkan rakyatnya untuk mendekati istana.

Kota Terlarang, Beijing, China.Shutterstock Kota Terlarang, Beijing, China.

Namun pada hari-hari biasa, masyarakat tidak boleh mendekati istana. Tidak hanya itu, istana akan dijaga dengan sangat ketat.

Dalam merayakan Cap Go Meh, biasanya para masyarakat akan memadati halaman instana dan membawa lentera yang dinamakan Kie An Po Siu Teng yang berarti “Datang untuk mohon berkah selamat dan panjang umur”.

Meski begitu, perayaan hanya didatangi oleh mereka yang tidak sedang dalam keadaan berkabung karena ada bagian dari keluarganya yang meninggal.

Tulisan yang menghiasi rumah saat Cap Go Meh

Tidak hanya merayakannya di istana, masyarakat Tionghoa zaman dulu juga merayakan Cap Go Meh di rumah mereka yang telah dihiasi oleh tulisan.

Beberapa di antaranya adalah “Siang Goan Thian Koan Su Hok” yang berarti “Roh Yang Memerintah Bumi dan Langit Memberi Rezeki dan Keberuntungan”.

Selanjutnya ada tulisan “Kie Ku Hap Ke Peng An” yang dipasang di sisi kiri dan kanan pintu yang memiliki arti “Memohon dan Berharap Seisi Rumah Selamat”.

Pertunjukan Cap Go Meh

Tidak jauh berbeda dengan perayaan Cap Go Meh masa kini, perayaan pada zaman dahulu juga ada banyak sekali penyelenggaraan pertunjukan menarik untuk menghibur masyarakat Tionghoa.

Tidak hanya pertunjukan wayang klithik (wayang yang berbentuk pipih seperti wayang kulit dan terbuat dari kayu), tetapi juga ada pertunjukan sandiwara.

Oleh karena itu, perayaan Cap Go Meh merupakan sebuah hari yang paling dinantikan para masyarakat Tionghoa.

Ciam SiKOMPAS.com/Ni Luh Made Pertiwi F. Ciam Si

Biasanya, mereka akan pergi ke kelenteng terlebih dahulu untuk melakukan sembahyang sebelum lanjut merayakan Cap Go Meh bersama-sama. Dalam kesempatan ini, mereka memanfaatkannya untuk saling mengobrol, bahkan ada juga yang mencari cinta.

Pada saat sembahyang, masyarakat Tionghoa akan sembahyang di hadapan patung Dewi Kwan Im. Selanjutnya, mereka akan melakukan Ciam Si. Ciam Si adalah kegiatan mengocok batang bambu untuk meramal rezeki, keberuntungan, atau jodoh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com