Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Pamerkan Budaya Indonesia, Bogor Street Festival CGM Undang Wisatawan Dunia

Kompas.com - 09/02/2020, 13:00 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Dari Jawa Barat kekayaan budaya ditampilkan berasal dari Bogor, Purwakarta, Karawang, Ciamis, hingga Kabupaten Bandung Barat.

Pada kesempatan ini, Purwakarta menampilkan Nyi Pohaci sebagai representasi dari Dewi Sri (Dewi Padi).

Baca juga: Warga dari Bekasi Sengaja Datang ke Bogor untuk Lihat Perayaan Cap Go Meh

Tak hanya itu, Purwakarta juga menampilkan permainan tradisional egrang. Dalam perkembangannya, Egrang pun terbagi menjadi Pegangan, Pasak, Drywall, dan Pegas.

Daerah Bandung Barat turut menampilkan Sang Hyang Awi karya Arga Studio yang memakai properti bambu dan gerak silat. Tari kontemporer tersebut selalu memberi pesan menarik.

Nuansa bambu juga ditunjukkan daerah Ciamis dalam bentuk Mabokuy.

Mobokuy sejatinya karya seni berbentuk manusia bambu. Unsur pembuatnya garabadan atau beragam peralatan rumah tangga yang terbuat dari bambu.

Semuanya disusun jadi bentuk manusia dalam ukuran raksasa. Seni ini kali pertama ditampilkan dalam HUT Ciamis ke-373 pada Juni 2015.

Baca juga: Bogor Street Festival CGM 2020 Malam Dimeriahkan Sebanyak 40-an Barongsai dan 16 Liong

Tak hanya dari lingkup Jawa Barat, beberapa daerah,seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sumatera Utara (Sumut), Jawa Timur (Jatim), hingga Bali juga turut serta.

NTT, misalnya, memamerkan tarian multi etnik Lego-lego dari Pulau Alor-Pantar yang dibawakan melingkar oleh penari putra-putri.

Sembari menari, ada pembacaan syair Lego-Lego yang berisi nasehat dan penghormatan kepada sesama.

Warna otentik lain dimunculkan Papua dengan Tari E Mambo Simbo yang dibawakan dinamis. Tarian ini bercerita tentang pencarian Mambo oleh anak laki-lakinya.

Baca juga: Bogor Street Festival CGM 2020, Jalan Suryakencana Dipadati Ribuan Pengunjung

Selain tarian, E Mambo Simbo juga dikenal sebagai lagu daerah Papua. Lagu ini bercerita tentang pertemuan ayah dan anak yang lama terpisah.

Liriknya sederhana dan terdiri pengulangan kata, tapi musiknya sangat dinamis. Lagu ini diiringi gitar dan perkusi.

Tarian lainnya juga dibawakan oleh Sulsel dengan Tari Mappadendang. Tarian ini menjadi ungkapan rasa bahagia atas panen padi yang didapatkan.

Mappadendang dilakukan dengan menumbuk lesung yang berisi gabah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com