Hari kedua pun tiba, kami bangun sekitar pukul 04.30 WIB untuk melihat sunrise di Bukit Kasap, Pacitan. Itu lah itinerary perjalanan hari kedua kami dimulai.
Berangkat dari homestay sekitar pukul 04.45 WIB kami menuju ke Bukit Kasap yang merupakan satu kawasan dengan Pantai Kasap, Pacitan.
Untuk melihat sunrise, kami harus mendaki bukit yang tingginya sekitar 500 meter di atas permukaan laut. Dari puncak bukit kami melihat sunrise indah dengan pemandangan lautan, batu karang besar, ombak, dan tak ketinggalan yaitu bukit-bukit berjejer di pinggir pantai.
Pemandangan ini lah yang banyak orang mengatakan mirip dengan Raja Ampat di Papua. Tak jarang orang yang mengatakan bahwa Pantai Kasap dan bukitnya adalah Raja Ampatnya Jawa Timur.
Untuk naik ke puncak bukit, wisatawan dikenakan harga tiket masuk Rp 3.000 per orang. Selain menikmati pemandangan, wisatawan juga bisa bersantap makanan atau minuman di kedai Arum Lintang Coffee yang tak jauh dari pintu masuk bukit.
Baca juga: Berburu Sunrise di Puncak Bukit Kasap, Raja Ampat Kecil dari Pacitan
Adapun harga hidangan di sini berkisar mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 15.000. Wisatawan bisa menikmati makanan sembari melihat pemandangan laut selatan Jawa yang tergambar jelas di sini.
Selain Pantai Klayar, pantai terkenal lainnya di Pacitan adalah Pantai Watukarung. Pantai ini cenderung lebih sepi dibandingkan Pantai Klayar. Pantai ini terkenal dengan tempat wisata olahraga surfing bagi wisatawan mancanegara.
Harga tiket masuk pantai ini yaitu Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per orangnya.
Kamu bisa menikmati pemandangan pasir putih, perahu nelayan yang pulang dan berangkat mencari hasil laut, dan tentunya ombak kelas dunia.
Pantai ini memang dikenal memiliki ombak yang tinggi dan membuat wisman tertantang untuk mencoba surfing.
Bahkan, pantai ini juga sempat dijadikan lomba Liga Surfing Dunia pada tahun 2017 yaitu World Surf League.
Ombak di pantai ini bisa mencapai empat meter, karena posisi pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.
Usai sarapan di homestay, kami berkemas untuk pulang kembali ke daerah asal pada malam hari. Namun sebelum pulang, kami mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya di Pacitan.
Tujuan pertama yaitu ke Sungai Maron yang terletak di Dersono, Pringkuku, Kabupaten Pacitan. Sungai ini terkenal mirip dengan Sungai Amazon yang ada di Amerika Selatan. Kami tiba di Sungai Maron pukul 09.00 WIB.
Baca juga: Menyusuri Sungai Maron di Pacitan, Sungai Amazon ala Jawa Timur
Sebelum menyusuri sungai, wisatawan wajib mengenakan pelampung untuk keselamatan. Kami naik perahu tradisional bermesin dengan menyewa seharga Rp 100.000 per perahu.
Sebelum naik kapal, kami membayar harga tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang. Usai membayar tiket masuk dan sewa perahu, kami mulai menyusuri sungai sekitar 4 kilometer.
Sepanjang perjalanan, kami dibuat takjub oleh rimbunnya beragam pohon termasuk kelapa di kiri dan kanan sungai. Aliran air sungai ini juga berwarna hijau jernih.
Mendekati pantai Ngiroboyo yang menjadi ujung dari Sungai Maron, kami melihat bukit-bukit karang di sekitar sungai. Pemandangan ini yang membuat banyak wisatawan merasa sedang berada di Phuket, Thailand dan Grand Canyon, Amerika.
Jika bosan dengan hanya duduk saja di perahu, kamu juga bisa sedikit bergerak dengan berfoto di wahana ayunan. Wisatawan tinggal berdiri dari perahu dan naik ke ayunan yang diikatkan di batang pohon besar nan kuat.
Banyak pengunjung yang mengabadikan pengalaman naik ayunan di atas sungai berkedalaman hingga 20 meter ini.
Jangan lupa membawa topi karena panas terik akan menemanimu selama susur sungai. Tentunya tak lupa membawa kamera atau gawaimu untuk mengabadikan keindahan momen di Sungai Maron.
Sekitar pukul 11.00 WIB kami tiba di tempat wisata berikutnya yaitu Goa Gong. Belum sah rasanya bila ke Pacitan tanpa mengunjungi goa elok satu ini.
Kami berkesempatan melihat langsung keindahan goa yang konon salah satu batu di dalamnya mampu mengeluarkan bunyi mirip suara alat musik gong.
Kamu bisa menuju pintu masuk Goa Gong dengan menggunakan jasa ojek seharga Rp 5.000 per orang.
Namun jika tidak ingin menggunakan ojek juga bisa, kamu cukup berjalan menanjak sejauh kurang lebih 800 meter untuk sampai pintu masuk.
Harga tiket masuk Goa Gong Rp 10.000 per orang. Wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan hutan-hutan di sekeliling sebelum masuk ke mulut goa.
Sampai di mulut goa, kamu bisa menyewa pemandu wisata lokal dengan harga Rp 3.000 untuk menemanimu selama jelajah goa.
Baca juga: Mengunjungi Goa Gong Pacitan, Sang Primadona Kota 1001 Goa
Selama perjalanan susur goa, kamu ditemani oleh pemandu wisata dan tentunya alat penerangan yaitu senter.
Goa Gong menyimpan banyak keindahan yang bisa kamu pandangi seperti stalaktit dan stalakmit. Beberapa di antaranya diberikan nama sesuai keindahan yang dimilikinya seperti Selo Jengger Bumi, Selo Bantaran Angin, Selo Adi Citro Buwono, Selo Pakuan Bomo, dan Selo Citro Cipto Agung.
Selain stalaktit dan stalakmit, ada juga batu-batu seperti marmer dan kristal. Goa ini terbilang cukup terang karena banyak lampu cahaya warna-warni.
Tak hanya itu, ada juga pendingin ruangan yaitu kipas angin besar di beberapa sudut goa. Alhasil, wisatawan tak perlu merasa panas saat menyusuri goa yang ditemukan tahun 1924 oleh sesepuh Pacitan, Mbah Joyo dan Mbah Noyo ini.
Selain batu-batu, goa ini juga memiliki empat sendang yang sudah kering maupun masih berisi air.
Terdapat tujuh ruangan di goa ini dan yang fenomenal yaitu batu Gong berada di ruangan tujuh. Batu tersebut jika dipukul akan mengeluarkan bunyi seperti alat musik gong.
Goa ini buka mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Sementara goa akan tutup pada malam hari.
Kamu bisa mengunjungi goa ini dengan mengarahkan kendaraanmu ke Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan.
Usai berkunjung ke Goa Gong, kami menutup perjalanan di Pacitan dengan berburu oleh-oleh khas Pacitan di Putra Samudra sekitar pukul 14.00 WIB.
Lokasi toko oleh-oleh ini berada di Jalan Raya Pacitan - Solo, Sidoharjo, Pacitan. Dengan bekal uang Rp 100.000, kamu bisa membawa tiga macam oleh-oleh khas Pacitan.
Kami membeli olahan khas tuna yaitu otak-otak tuna, dan tahu tuna. Masing-masing harganya yaitu Rp 10.000 per bungkus.
Selain otak-otak tuna, dan tahu tuna, ada juga olahan tuna lainnya seperti bakso tuna, nuget tuna, kaki naga tuna, rolade tuna, risoles tuna, hingga pangsit tuna.
Kami juga membeli hidangan khas Pacitan lainnya yaitu Sale Pisang Crispy. Harga per bungkusnya ini Rp 18.000.
Selain itu, kami membeli minuman khasnya yaitu Kopi Klethik khas Pacitan. Kami memeli kopi Klethik original halus berukuran 150 gram dengan harga satu bungkusnya Rp 26.000.
Rasa lainnya juga ada yaitu jahe, dan jahe halus.
Baca juga: 3 Oleh-oleh Pacitan yang Bisa Dibawa Pulang dengan Uang Rp 100.000
Usai sudah perjalanan wisata di Pacitan selama dua hari satu malam. Kami pulang ke Jakarta dengan menggunakan pesawat dari Bandara Adisucipto Yogyakarta.
Jarak Pacitan ke bandara yaitu sekitar 100 kilometer dan ditempuh dalam waktu 2 jam 30 menit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.