Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi

Kompas.com - 12/02/2020, 11:12 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hingga kini, masyarakat Baduy atau yang biasa disebut Urang Kanekes, masih memegang teguh adat leluhur, salah satunya tradisi menyerahkan hasil bumi atau Seba Baduy.

“Seba berarti seserahan. Seba Baduy menjadi ungkapan rasa syukur dan media komunikasi dengan pemerintah,” kata Kepala Dinas Pariwisata Banten Eneng Nurcahyati dalam keterangan tertulis, Selasa (11/2/2020).

Hasil bumi seperti padi, gula aren, pisang, sayuran, dan palawija akan dibawa saat long march sepanjang ratusan kilometer.

Tahun ini, Banten akan menyelenggarakan Seba Baduy 2020, Rabu (29/4/2020) hingga Rabu (6/5/2020).

Baca juga: Suku Baduy Gelar Upacara Seba Baduy

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani mengatakan, tradisi Seba Baduy merupakan salah satu event besar.

“Wajar bila Seba Baduy selalu dibanjiri wisatawan. Mereka tertarik karena masyarakat Baduy tetap memegang tradisi, meski dunia mengalami modernisasi,” kata dia.

Jalannya ritual Seba Baduy

Ritual Seba Baduy biasanya diikuti ribuan masyarakat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy Luar atau Baduy Pendamping, ditandai dengan pakaian hitam dan ikat kepala biru.

Sementara itu, Baduy Dalam atau Urang Jero memakai busana dan ikat kepala putih. Urang Jero bisa dijumpai di Kampung Cibio, Cikawartana, dan Cikeusik.

Baca juga: Wisatawan Asing Ikut Saksikan Ritual "Seba Baduy"

Tak hanya menyerahkan hasil bumi, Seba Baduy sesungguhnya meliputi rangkaian tradisi yang panjang. Awalnya, Urang Kanekes akan menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan penuh.

Kawalu merupakan ritual yang dilakukan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hasil bumi. Namun, Kawalu tertutup bagi masyarakat umum.

Kawalu dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi ketiga, nuansa religi makin kental. Urang Kanekes berusia di atas 15 tahun wajib berpuasa.

Ritual berbukanya pun unik. Sebelum makan dan minum, Urang Kanekes akan memakan daun sirih dan gambir. Ritual pun diakhiri dengan Ngalaksa atau aktivitas saling berkunjung.

Baca juga: Jangan Sembarangan Foto di Baduy dan Aturan Adat Lainnya

Pada Ngalaksa, Urang Kanekes akan bersilaturahim dengan kerabat dan tetangga, sembari membawa hasil bumi.

Kemudian, akan dilakukan dialog budaya antara Baduy Pendamping dan Urang Jero, bersama para panggede atau pemerintah. Dialog itu membahas kelestarian alam.

Hal tersebut dikarenakan Urang Kanekes memiliki hukum adat berbunyi, Gunung Tak Diperkenankan Dilebur, Lembah Tak Diperkenankan Dirusak, Larangan Tak Boleh Diubah, Panjang Tak Boleh Dipotong, Pendek Tak Boleh Disambung, Yang Bukan Ditolak Yang Jangan Harus Dilarang, dan Yang Benar Haruslah Dibenarkan.

“Dengan menganut hukum adat, keseimbangan hidup manusia dan alam akan terus terpelihara. Akan banyak manfaat positif yang mengalir. Serupa event Seba Baduy yang menggerakkan perekonomian masyarakat secara maksimal,” kata Rizki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com