JAKARTA, KOMPAS.com - Cokelat telah lama jadi simbol perayaan cinta. Mulai dari pernyataan cinta, perayaan ulang tahun perkawinan, hingga yang paling populer adalah hari Valentine.
Ternyata, kaitan antara cokelat dengan perayaan cinta bisa ditelusuri jauh. Cokelat yang identik dengan perayaan cinta berkaitan erat dengan perjalanan cokelat sebagai konsumsi masyarakat dunia.
“Asal usul cokelat dari biji-bijian kakao diperkirakan berasal dari lembah Sungai Orinoko Amazon 4000 tahun lalu. Suku Maya dan Suku Aztek membudidayakan kakao untuk jadi minuman,” jelas sejarawan kuliner sekaligus dosen Departemen Sejarah Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman, di acara Diskusi Media “Serba Serbi Cokelat” dari Mondelez International di Jakarta, Kamis (02/08/2018).
Dahulu, kakao dianggap sebagai benda berharga khususnya hanya bisa didapatkan oleh masyarakat kelas atas Suku Maya dan Aztek.
Baca juga: Promo Makan Malam Valentine di 5 Restoran Fine Dining Hits Jakarta
Dilansir dari Smithsonianmag.com, mereka menganggap biji kakao sama berharganya dengan emas. Pada masa itu cokelat juga bisa digunakan untuk membayar pajak Suku Aztek.
Pada awal 1600an, cokelat mulai menyebar di Eropa lewat Hernan Cortes yang membawanya dari Benua Amerika ke Spanyol. Di London beberapa rumah cokelat mulai muncul sebagai tempat bersosialisi kaum kelas atas.
Di sana, cokelat disebutkan sebagai minuman yang bisa menyembuhkan dan mencegah berbagai penyakit.
Menurut Fadly, cokelat bahkan sampai disebut sebagai makanan para dewa atau “theoborma” oleh suku Aztek.
Menurut Fadly, salah satu hal yang mendasari kaitan kuat antara cokelat dan cinta adalah berdasarkan pernikahan antara Maria Theresa dari Spanyol dengan Raja Louis XIV pada 1660.
“Saat itu Putri Maria Theresa memberi hantaran, salah satunya cokelat yang dikemas dengan sangat eksklusif,” kata Fadly.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.