Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rangkaian Acara Hari Raya Galungan, Sembahyang hingga Mengarak Barong

Kompas.com - 18/02/2020, 10:20 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Raya Galungan adalah perayaan besar umat Hindu Bali. Perayaan yang dilakukan setiap 210 hari sekali tersebut memiliki perhitungan berdasarkan wuku.

Di India, terdapat hari perayaan yang mirip dengan Galungan bernama Diwali.

Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, I Gede Pitana, mengatakan, perayaan tersebut sama-sama merayakan kemenangan kebaikan (dharma) atas ketidak baikan (adharma).

"(Hari Raya Galungan memiliki) serangkaian upacara yang panjang sekali. Mulai dari 35 hari sebelum Galungan, masyarakat Bali melakukan upacara di kebun. Mereka berdoa supaya hasil kebun bagus," tutur Pitana saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/2/2020).

Baca juga: 5 Ide Tempat Mengunjungi Bali saat Galungan 2019

Upacara doa di kebun tersebut dilakukan agar hasil kebun yang bagus dapat digunakan saat Galungan mendatang.

Pitana mengatakan, beberapa orang Bali memiliki setidaknya dua hingga tiga kebun. Dari masing-masing kebun tersebut, mereka kerap berkunjung untuk berdoa.

Doa ini dilakukan hanya di hari ke-35 sebelum Galungan. Pitana menuturkan, rangkaian doa tersebut dinamakan dengan tumpek pengatag.

Baca juga: 6 Keunikan yang Bisa Ditemui di Bali saat Galungan

Rangkaian upacara menjelang Galungan

Selanjutnya, umat Hindu Bali juga memiliki rangkaian upacara di hari ke-6 sebelum Galungan yang dinamakan dengan sugihan jawa.

"Jawa di sini artinya bukan pulau Jawa atau orang Jawa. Jawa itu artinya luar. Jadi tujuan sugihan jawa adalah upacara untuk membersihkan alam dan fisik di luar tubuh manusia," tutur Pitana.

Masyarakat Hindu Bali dalam upacara tersebut juga akan mulai membersihkan pura, baik itu pura-pura di pedesaannya atau pura keluarga yang terletak di pekarangan rumah masing-masing.

Baca juga: Wisata ke Bali saat Galungan dan Kuningan, Jangan Lupakan 4 Hal Berikut

Selanjutnya, mereka akan lanjut melakukan sembahyang untuk menyucikan dan membersihkan diri.

Di hari ke-3, Pitana mengatakan, umat Hindu biasanya akan serentak membuat tape, kue, beberapa makanan jajanan, dan juga sesajen.

Sementara di hari ke-4 adalah hari kosong, sehingga mereka bisa beristirahat sejenak sebelum melakukan upacara keagamaan lain di hari esok.

Baca juga: Mau Lihat Perayaan Galungan di Bali? Ingat 3 Tips Ini...

Dua hari sebelum Galungan berlangsung, Pitana menuturkan, masyarakat Hindu Bali akan mulai memasang dekorasi penjor di halaman rumah dan di sepanjang jalan.

"Penjor itu bambu yang dilengkungkan kemudian dihias. Penjor itu lambang dari alam. Makanya penjor berisi buah-buahan, padi, hasil pertanian. Idealnya isi penjor itu hasil pertanian dari kebun yang telah didoakan," tutur Pitana.

Sementara pada saat sehari sebelum Galungan, biasa disebut dengan Hari Penampahan. Menurut Pitana, umat Hindu di Bali akan mempersiapkan daging untuk upacara Galungan.

 

Daging yang digunakan bisa daging babi, ayam, atau itik. Namun umat Hindu Bali cenderung lebih suka menggunakan daging babi.

Hari Penampahan dimanfaatkan sebagai hari untuk mempersiapkan makanan. Sajian pertama yang dibuat adalah sate. Pitana menjelaskan, sate untuk upacara Galungan terdiri dari dua jenis: sate daging dan sate lilit.

Sate lilit adalah sate khas Bali yang terbuat dari daging babi, ikan, ayam, atau daging sapi yang dicampur dengan parutan santan, jeruk nipis, kelapa, bawang merah, dan merica.

 

Selanjutnya, hidangan yang dibuat adalah lawar yang merupakan campuran sayur dengan daging. Sayur untuk lawar sendiri biasanya terbuat entah dari nangka, kacang-kacangan, pakis, kelapa muda, bahkan bonggol pisang.

Mengunjungi setiap pura bersama-sama

Pura Puseh Desa Batuan, Gianyar, Bali. SHUTTERSTOCK/GEKKO GALLERY Pura Puseh Desa Batuan, Gianyar, Bali.
Hari Raya Galungan selalu jatuh di hari Rabu. Pada saat perayaan besar tersebut tiba, umat Hindu Bali akan mulai sembahyang di pura-pura milik desa mulai dari pukul 07.00.

Biasanya, mereka sudah menentukan terlebih dahulu untuk berkunjung ke pura apa terlebih dahulu. Setelah usai bersembahyang, mereka melanjutkan perjalanan ke beberapa pura lain yang dimiliki oleh desa tempat mereka tinggal.

"Tapi biasanya yang umum sih tiga pura saja. Itu harus dikunjungi. Setiap desa adat di Bali mempunyai tiga pura utama. Pura kelahiran atau penciptaan, pura kehidupan atau pemeliharaan, dan pura kematian atau penghancuran. Setiap wilayah di Bali tidak pernah hanya punya satu pura saja, minimal tiga," kata Pitana.

Baca juga: Wisata di Bali Saat Galungan? Jangan Lewatkan Acara Ini...

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan ‘Kun’ Adnyana mengatakan, pura-pura tersebut terdiri dari Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem.

Pura Desa merupakan pura untuk pemujaan Dewa Brahma. Sementara Pusa Puseh adalah tempat pemujaan Dewa Wisnu. Kemudian Pura Dalem adalah tempat memuja Dewa Siwa.

"Terkadang di desa juga ada pura yang namanya Pura Subak kalau desa memiliki sistem irigasi (pengairan sawah). Makanya setiap Galungan itu kita keliling ke setiap pura yang ada di desa,” tutur Adnyana saat dihubungi Kompas.com, Senin (17/2/2020).

 

Seusai sembahyang di pura, mereka akan kembali ke rumah masing-masing untuk lanjut bersembahyang di tempat suci yang mereka miliki.

Kegiatan usai Galungan

Ilustrasi mengarak Barong. SHUTTERSTOCK/STEKLO Ilustrasi mengarak Barong.
Sehari setelah Galungan, atau kerap disebut umanis Galungan, biasanya akan ada barong untuk ngelawang. Adnyana mengatakan, barong akan diperciki tirta (air suci) dan sesajen sebelum berkeliling desa adat.

Hal ini dilakukan untuk memberikan keselamatan dari wabah penyakit. Barong yang dibawa oleh beberapa masyarakat tersebut akan berkeliling sampai 35 hari setelah galungan.

"Ngelawang juga berlangsung sampai ke luar desa sampai pegat uwakan," kata Adnyana.

Baca juga: Susah tetapi Seru, Belajar Masak Lawar dan Sate Lilit

Selain itu, biasanya Umanis Galungan dimanfaatkan sebagai hari untuk saling berkunjung ke rumah saudara dan ke beberapa tempat wisata.

Pitana menuturkan, sehari setelah Galungan akan ada banyak upacara keagamaan di beberapa pura besar di Bali. Kemudian, perayaan hari besar umat Hindu akan berlanjut hingga hari ke-10 yaitu Hari Raya Kuningan.

Hari tersebut selalu jatuh di hari Sabtu. Pitana mengatakan, jika Galungan para dewa turun untuk merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan bersama umatnya, maka saat Kuningan para umat akan mengembalikan mereka ke alamnya.

Baca juga: Inilah Tradisi Mekotek di Hari Raya Kuningan

"Galungan tidak identik dengan Kuningan. Itu beda. Galungan itu hari kemenangan Dharma atas Adharma, Kuningan itu penutup dari rangkaian upacara di mana para dewa dan para leluhur dikembalikan ke alamnya masing-masing," kata Pitana.

Kuningan memiliki rangkaian yang dimulai pada sehari sebelum hari raya yang dinamakan dengan Penampahan Kuningan. Rangkaian saat Penampahan Kuningan tidak jauh berbeda dengan Penampahan Galungan.

Sebab, seluruh umat Hindu Bali juga mempersiapkan beberapa sesaji dan makanan untuk kelengkapan upakara. Sementara hari setelah Kuningan, namanya adalah Umanis Kuningan dan kegiatannya sama seperti Umanis Galungan.

Baca juga: Dibuai Kelezatan Sate Lilit Asal Bali

"Makna perayaan Kuningan untuk menegaskan kembali kemenangan Dharma. Maka dari itu upakara biasanya memakai simbol-simbol kemenangan seperti tamiang. Tamiang biasanya dipasang di sudut-sudut bangunan. Mengayun-ngayun begitu jadi indah," kata Adnyana.

"Selain tamiang ada endongan. Isinya bermacam-macam. Ada talas, ada kunyit, gumitir. Dipasangnya di penjor, tapi saat Kuningan saja, lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com