JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Raya Galungan tidak menghentikan aktivitas pariwisata di Bali, melainkan perubahan sedikit waktu operasional.
Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali I Nyoman Nuarta mengatakan, toko-toko seperti suvenir atau pasar biasanya akan buka pukul 11 pagi dan tutup pada 10 malam.
"Biasanya kan mereka buka dari jam sembilan pagi," kata Nuarta saat dihubungi Kompas.com, Jumat (14/2/2020).
Baca juga: Catat, Tips Wisata di Bali Saat Galungan dan Kuningan
Oleh karena itu, lanjut Nuarta, kondisi sepinya Bali dari masyarakat lokal saat perayaan Galungan hanya terjadi pada pagi hari. Sebab, masyarakat pergi beribadah terlebih dahulu sebelum bebisnis seperti biasa.
Kendati demikian, Nuarta mengatakan, terdapat beberapa tempat wisata yang tetap buka dengan jam operasional yang sama.
Selain itu, untuk sektor pariwisata, masyarakat Bali memiliki pergantian jam kerja untuk menyesuaikan Galungan.
"Ada sistem shifting, jadi bisa dia kerja saat pagi, malamnya pergi upacara. Kalau kerja sore, paginya upacara," kata Sekretaris Asita Bali Putu Winastra saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (15/2/2020).
Baca juga: Penglipuran, Desa Wisata Bali dengan Sederet Penghargaan
Winastra mengatakan, umat Hindu Bali yang bekerja di sektor pariwisata juga sangat fleksibel.
Plus, perayaan Galungan disebut terjadi sepanjang hari, sehingga umat Hindu Bali bisa bersembahyang saat pagi, siang, sore, atau malam hari.
Menurut Winastra, hal tersebut membuat para pekerja sektor pariwisata tetap bisa melayani wisatawan yang sedang berkunjung.
"Mereka senang melihat masyarakat Bali sembahyang. Mereka kadang sudah standby di pura duluan untuk melihat orang Bali bawa sesajen," tutur Nuarta.
"Saat Hari Raya Kuningan juga tetap ramai (kunjungan wisman dan wisatawan nusantara), tetapi Kuningan tidak semarak kayak Galungan, karena dari nilai spiritualnya, hari rayanya memang Galungan yang utama,” tambahnya.
Baca juga: Wisata ke Bali saat Galungan dan Kuningan, Jangan Lupakan 4 Hal Berikut
Kendati demikian, Winastra menuturkan, wisatawan Bali saat Galungan tahun ini tidak seramai di hari biasa. Pasalnya, Galungan terjadi di bulan Februari yang menurut Winastra adalah low season.
Apabila Galungan di bulan Agustus, ada kemungkinan wisatawan yang turut meramaikan Galungan akan semakin ramai karena high season.