Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Komodo Disarankan Terbuka untuk Umum, Bukan Wisata Super Premium

Kompas.com - 19/02/2020, 10:20 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekhawatiran industri pariwisata Indonesia terkait pengelolaan kawasan Pulau Komodo di Labuan Bajo menjadi destinasi wisata super premium masih bergulir.

Praktisi pariwisata sekaligus pendiri TTC Indonesia Tedjo Iskandar menyarankan, kawasan Pulau Komodo tetap terbuka untuk umum, sehingga membantu ekonomi masyarakat sekitar.

"Sebaiknya tetap dibuka untuk umum, hanya mungkin perlu dibuat lebih rapi. Coba kita lebih utamakan pemain lokal di sana seperti agen perjalanan lokal. Mereka sudah menghabiskan uang banyak untuk promosikan Pulau Komodo, contohnya," kata Tedjo kepada Kompas.com di sela-sela acara TTC Travel Mart Jakarta 2020, Senin (17/2/2020).

Baca juga: Labuan Bajo Jadi Wisata Super Premium, Wishnutama: Tak Perlu Khawatir

Tedjo mengatakan, semua wisawatan berhak pergi dan mengunjungi kawasan Pulau Komodo. Menurutnya, pariwisata tidak bisa membatasi siapa saja yang boleh berkunjung.

Selain itu, eksklusivitas yang akan terjadi pada wisata kawasan Pulau Komodo dapat berdampak pada hotel-hotel murah.

"Coba sekarang kalau mau dibuat eksklusif, siapa yang mau menginap di guest house, homestay, apalagi ada desa wisata. Jangan lah, kasihan juga pelaku pariwisata di sana, yang sanggup nginap nanti siapa?," jelasnya.

Baca juga: Wisata Pulau Komodo Bakal Diberlakukan Kartu Anggota Tahunan, Harganya Rp 14 Juta?

Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah tetap mengarahkan atau mengincar wisatawan kelas menengah.

Ia justru khawatir jika nantinya wisata super premium tersebut akan tampak terlalu mewah, dan malah menurunkan jumlah kunjungan wisatawan karena terlalu mahal.

"Kalau terlalu mewah, nanti pesawatnya kosong karena mahal, siapa yang mau naik? Ya tetap harus perhatikan lainnya juga, misalnya, milenial yang sudah nabung dan booking enam bulan sebelumnya masa enggak kita layani. Mereka pasti cari harga paling terjangkau," jelasnya.

"Kesannya sombong kalau terlalu eksklusif, kasihan milenial yang uangnya nanggung dan ingin melihat Pulau Komodo," lanjutnya.

Baca juga: Turis Perancis Suka Sumba dan Pulau Komodo, Kenapa?

Lebih lanjut, Tedjo mengatakan sebaiknya pelaku industri pariwisata baik pemerintah maupun agen perjalanan lokal bersama-sama memikirkan cara mengemas Labuan Bajo agar lebih menarik wisatawan.

Keindahan Komodo di Pulau Komodo.SHUTTERSTOCK/SERGEY URYADNIKOV Keindahan Komodo di Pulau Komodo.
Salah satu caranya, kata dia, adalah dengan mengatur berapa biaya yang diperlukan wisatawan kelas atas dan kelas menengah untuk liburan di Labuan Bajo.

"Misalnya untuk yang kelas atas kita kasih harga minimal Rp 1 juta per hari tapi no limit, bebas ke mana saja. Harga Rp 1 juta itu sudah termasuk hotel bintang tiga, kapal, dan pemandu wisata. Namun kalau sekali masuk wah (mahal), enggak bakal ada yang mau," paparnya.

Baca juga: Perempuan Haid Tidak Dilarang Berkunjung ke Pulau Komodo, Asalkan..

Sebelumnya, konsep wisata eksklusif Labuan Bajo bergulir sejak Oktober 2019 ketika wacana kenaikan harga tiket masuk kawasan Pulau Komodo.

Kabar tersebut sangat tidak disetujui oleh seluruh pelaku pariwisata dan masyarakat di Manggarai Barat. Hal tersebut diutarakan Ketua Pelaksana Harian ASITA Cabang Manggarai Barat, Donatus Matur pada Jumat (25/10/2019).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com