Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keliling Gambir, Kunjungi 4 Wisata Rumah Ibadah Lintas Agama Berikut

Kompas.com - 24/02/2020, 19:23 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Area sekitar Stasiun Gambir dahulu jadi area yang istimewa.

Saat zaman Belanda, pusat pemerintahan dan kehidupan masyarakat berada di Batavia yang sekarang kita sebut dengan daerah Kota Tua.

Baca juga: 7 Kegiatan Seru di Kota Tua Jakarta, Liburan Murah Meriah

Karena Kota Tua sudah penuh sesak dan bahkan kumuh, akhirnya pemerintah Belanda memilih area sekitar Gambir yang saat itu masih penuh pepohonan rindang.

Mereka menganggap kawasan Gambir punya suasana yang tenang dan sejuk.

Baca juga: Intip Fasilitas Coworking Space Stasiun Gambir

“Dulu Kota Tua bahkan sempat dilanda wabah penyakit karena tercemarnya air bersih kota. Jadi elit Belanda tersebut memutuskan untuk membangun bangunan ibadah baru di sini,” ujar Maria Ester, pemandu tur wisata Bhineka Rute Gambir, Wisata Rumah Ibadah Lintas Agama, Sabtu (22/2/2020).

Di sekitar rute Gambir ini, kamu bisa mengunjungi empat rumah ibadah dari empat agama berbeda.

Mulai dari gereja untuk umat Kristen Protestan, gereja umat Kristen Katolik, masjid, hingga kuil ibadah umat Hindu.

Berikut daftar empat tempat ibadah yang bisa jadi tujuan wisata rumah ibadah lintas agama.

Baca juga: Mengintip Goa Tempat Pertemuan Semua Agama di Myanmar

1. Gereja Immanuel

Wisatawan di Gereja Immanuel JakartaSYIFA NURI KHAIRUNNISA Wisatawan di Gereja Immanuel Jakarta

Tempat pertama yang bisa kamu kunjungi adalah Gereja Immanuel.

Letaknya tepat di depan Stasiun Gambir, berdampingan dengan Galeri Nasional Indonesia. Kamu bisa mencapainya dengan berjalan kaki dari halte busway Gambir 1 dan Gambir 2.

Baca juga: Mengintip Gereja Immanuel, Gereja Para Petinggi Era Kolonial Belanda

Gereja ini dulunya adalah tempat ibadah para petinggi pemerintah Belanda. Mereka membangun gereja ini di sekitar Gambir karena saat itu Kota Tua telah penuh sesak.

Gereja yang dahulu bernama Willemskerk ini mulai dibangun pada 1834 dengan hasil rancangan J.H. Horst.

Pada 24 Agustus 1835, akhirnya batu pertama pembangunan diletakkan. Nama Willemskerk diberikan untuk menghormati Raja Willem I, Raja Belanda pada periode 1813-1840.

“Gereja ini dibangun dengan gaya neo-klasik. Gaya ini merupakan campuran dari kebudayaan Yunani kuno sama Romawi kuno,” kata Mari Ester, pemandu tur wisata Bhineka yang akrab disapa Ibek.

Dahulu, kawasan sekitar Monas ini merupakan daerah tempat tinggal elit Belanda saja. Namun Daendels pada saat itu memiliki ide untuk membuat New Batavia.

Gereja Immanuel ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan rohani umat protestan Hindia Belanda karena bangsa Belanda adalah pemeluk Kristen Protestan.

Gereja ini punya kesan klasik dan mewah yang tetap kental terasa.

Kursi di Gereja Immanuel masih menggunakan kursi yang digunakan sejak awal pendiriannya. Suasana di dalam bangunan utamanya mirip seperti suasana ruang sidangSYIFA NURI KHAIRUNNISA Kursi di Gereja Immanuel masih menggunakan kursi yang digunakan sejak awal pendiriannya. Suasana di dalam bangunan utamanya mirip seperti suasana ruang sidang

Di lantai dua, terdapat organ pipa atau orgel besar buatan Jonathan Batz pada tahun 1843. Orgel ini menurut pengurus gereja, masih tetap digunakan setiap ibadah Minggu.

Lantaran sudah begitu tua, maka tak banyak yang mampu dan diperbolehkan memainkan orgel. Kini ada lebih dari tujuh orang pemain tetap organ pipa tersebut.

Ada yang unik dari Gereja Immanuel, bagian tempat duduknya selain kursi-kursi kayu tua yang masih tetap digunakan hingga sekarang, terdapat pula mimbar di sekeliling gereja.

Mimbar dari kayu tersebut berbentuk seperti ruang pengadilan. Konon, mimbar tersebut merupakan kursi VIP untuk raja, ratu, atau keluarga anggota kerajaan Belanda yang datang berkunjung ke sini.

Gereja Immanuel yang sudah ditetapkan jadi cagar budaya ini bisa dikunjungi oleh wisatawan yang ingin belajar lebih banyak soal sejarahnya. Kamu bisa datang langsung ke sana untuk kemudian meminta izin tur kunjungan.

Wisata ke sana tidak dipungut biaya sepeser pun. Nantinya kamu juga bisa diantar berkeliling oleh petugas gereja dan diberikan penjelasan mengenai sejarah gereja.

2. Gereja Katedral

Pemandu wisata untuk Tur Wisata Bhineka, Wisata Rumah Ibadah sedang menjelaskan mengenai sejarah Gereja KatedralSYIFA NURI KHAIRUNNISA Pemandu wisata untuk Tur Wisata Bhineka, Wisata Rumah Ibadah sedang menjelaskan mengenai sejarah Gereja Katedral

Gereja Katedral Jakarta jadi gereja umat Katolik pertama di Batavia. Sejarah gereja ini cukup unik.

Baca juga: Sejarah Gereja Katedral, Gereja Katolik Pertama di Batavia

 

Gereja Katedral Jakarta punya nama resmi Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga, De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming.

Dahulu, Gereja Katedral tak terletak di sini. Pada masa pergantian pemerintah kolonial dari Belanda ke Inggris, para elit Inggris yang merupakan pemeluk Katolik mulai memperhatikan gereja Katolik.

Gereja ini terletak di pojok barat daya Buffelvet yang sekarang jadi gedung departemen agama.

Pada 1808 dulu, bentuk bangunannya masih sangat sederhana. Akhirnya Jenderal Herman Willem Daendels memberikan tempat baru untuk Gereja Katedral di kawasan Senen.

Patung Bunda Maria mengenakan kebaya dan kain batik di Gereja Katedral JakartaSYIFA NURI KHAIRUNNISA Patung Bunda Maria mengenakan kebaya dan kain batik di Gereja Katedral Jakarta

Namun, bangunan ini tak bertahan lama karena sempat terbakar pada 1826. Akhirnya gereja tersebut pun dipindahkan ke tempatnya kini.

Namun gereja tersebut malah ambruk pada 1890 karena kualitas bahan bangunan yang buruk.

Gereja pun diresmikan pada 1901. Gaya arsitektur untuk Gereja Katedral adalah neo-gotik. Ada yang unik dari gereja ini, denahnya sendiri berbentuk lambang salib.

Selain gereja, tempat yang kini sudah ditetapkan jadi cagar budaya ini juga memiliki museum yang bisa dikunjungi wisatawan umum, termasuk kamu yang tidak beragama Katolik.

Museum buka hari Selasa – Sabtu pukul 10.00 – 16.00 dan hari Minggu pukul 12.00 – 16.30. Selain itu terdapat Gua Maria Lordes yang sering dikunjungi umat Katolik untuk berdoa.

Untuk menuju Gereja Katedral, dari Gereja Immanuel kamu perlu berjalan kaki sekitar 10 menit. Melewati gedung Kementerian Luar Negeri dan menyeberangi Lapangan Banteng.

3. Masjid Istiqlal

Masjid Istiqlal, JakartaShutterstock Masjid Istiqlal, Jakarta

Masjid Istiqlal yang terletak tepat di depan Gereja Katedral telah lama jadi simbol toleransi antar-umat Muslim dan Katolik.

Baca juga: Indahnya Toleransi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral

 

Untuk mencapai Masjid Istiqlal yang jadi masjid terbesar di Asia Tenggara ini, kamu perlu berjalan kaki sekitar 5 menit dari Gereja Katedral.

Masjid ini mulai dibangun pada 1961. Namun karena berbagai krisis politik dan ekonomi yang melanda Indonesia pada masa itu, akhirnya masjid baru bisa resmi digunakan pada 22 Februari 1978.

“Masjid Istiqlal ini didesain oleh Friedrich Silaban. Arsitek penganut Kristen Protestan. Dia menang sayembara yang diadakan sama Presiden Soekarno untuk desain masjid ini,” ujar Ibek.

“Untuk bisa mendesain masjid ini, Friedrich benar-benar belajar dari berbagai desain masjid di seluruh Indonesia. Dia ambil uniknya di mana dan dia belajar juga soal Islam agar memberikan makna tersendiri untuk ornamen di masjid ini,” lanjutnya.

Sayembara dilakukan pada 1955. Pada saat itu, 22 dari 30 arsitek berhasil lolos. Kemudian Soekarno mengumumkan nama Friedrich Silaban sebagai pemenang sayembara dengan karyanya yang berjudul “Ketuhanan”.

Kubah Masjid Istiqlal memiliki diameter sekitar 45 meter dan dikelilingi ukiran ayat kursiSYIFA NURI KHAIRUNNISA Kubah Masjid Istiqlal memiliki diameter sekitar 45 meter dan dikelilingi ukiran ayat kursi

Masjid Istiqlal berdiri di atas lahan seluas 9,5 hektar. Kubahnya punya garis tengah 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia.

Masjid ini punya 5 lantai yang melambangkan rukun Islam, jumlah salat wajib dalam sehari, dan Pancasila yang berjumlah 5 sila.

Selain itu, menara di bagian luar bangunan utama juga memiliki tinggi sekitar 6.666 sentimeter yang melambangkan jumlah ayat dalam Al Quran. Masjid Istiqlal bisa menampung sekitar 20.000 jemaah.

4. Kuil Hare Krishna

Tempat ibadah terakhir yang kami kunjungi dalam tur wisata Bhineka ini adalah Kuil India Hare Krishna.

Baca juga: Mengunjungi Tempat Ibadah Umat Hindu Hare Krishna di Pasar Baru

 

Kuil ini terletak di Pasar Baru. Kamu perlu berjalan kaki sekitar 15 menit dari Masjid Istiqlal menuju kawasan Pasar Baru.

Kuil India Hare Krishna merupakan tempat ibadah bagi umat Hindu dengan aliran Hare Krishna.

Hare Krishna merupakan salah satu aliran dari agama Hindu yang disebarkan oleh guru besar Hare Krishna, yakni AC Bhaktivendata Swami Prabhupada.

Pada tahun 60-an, guru besar Hare Krishna tersebut pergi dari India dan menyebarkan aliran ini ke Amerika Serikat. Setelahnya, pada tahun 1973, guru besar Hare Krishna datang ke Indonesia.

Altar pemujaan di kuil Hare Krishna. Ketiga sosok tersebut adalah Balarama, Subadra di tengah, dan Krishna di kananSYIFA NURI KHAIRUNNISA Altar pemujaan di kuil Hare Krishna. Ketiga sosok tersebut adalah Balarama, Subadra di tengah, dan Krishna di kanan

“Wilayah yang pertama kali dia kunjungi adalah Pasar Baru. Tempat tinggal beliau itu di Pintu Air sana. Kemudian ke Rawamangun 2-3 minggu lalu kembali ke India,” jelas Balamukunda, ketua yayasan Hare Krishna dalam kunjungan rombongan tur wisata Bhineka, Sabtu (22/2/2020).

"Murid-muridnya dari barat (Amerika Serikat) yang kemudian menyebarkan di sini," lanjutnya.

Kuil ini tak berbentuk seperti kuil pada umumnya. Letaknya ada di lantai empat sebuah ruko yang utamanya merupakan restoran vegetarian India. Restoran ini sendiri adalah milik yayasan Hare Krishna juga.

Perbedaan Hare Krishna dengan aliran Hindu lainnya adalah, Hare Krishna menyembah Krishna sebagai Tuhan. Mereka berfokus pada Krishna dan menganggap Krishna sebagai Tuhan dan sahabat mereka.

“Hindu itu ada beberapa aliran. Namanya samperdaya atau garis perguruan. Ada beberapa tapi tujuannya sama, semuanya kita sebagai hamba Tuhan atau pelayan,” ujar Balamukunda.

“Perbedaannya ada di tata cara dan tradisi saja. Kalau di sini Krishna, di aliran lain mereka fokusnya ada yang Wishnu atau Narain,” lanjut Balamukunda.

"Kita menyembah Krishna dengan kesederhanaan, kita anggap beliau sebagai Tuhan junjungan kami tapi posisinya adalah sahabat," imbuhnya.

Kuil India Hare Krishna terbuka bagi siapa pun yang ingin berkunjung untuk sekadar berwisata atau berdiskusi soal aliran Hare Krishna.

Bagi kamu yang ingin berkunjung, sebelumnya disarankan untuk menelpon kuil terlebih dahulu untuk memastikan kesediaan para pendeta di kuil.

Juga untuk memastikan kuil tidak sedang mengadakan acara atau ibadah khusus. Kuil India Hare Krishna buka setiap hari pukul 09.00 – 21.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com