KOMPAS.com – Virus corona menyebabkan banyak masalah bagi perekonomian Jepang. Terutama banyak bisnis di daerah pariwisata kini menghadapi masa depan yang tak jelas.
Di Kota Kyoto, warga lokal telah mencoba untuk membuat kampanye pariwisata “kosong” untuk menarik wisatawan.
Baca juga: Dampak Virus Corona, Kyoto Kampanye Pariwisata Sepi untuk Pikat Wisatawan
Hal tersebut dilakukan karena sejumlah besar wisatawan dari China dan beberapa negara lainnya di dunia jatuh jumlahnya secara signifikan.
Namun bagi salah satu bisnis di Prefektur Aichi, jatuhnya jumlah wisatawan telah menyebabkan hal yang fatal. Dilansir dari situs soranews24, kini mereka terpaksa mengajukan kebangkrutan.
Baca juga: Tur Wisata Misteri di Kyoto, Mulai dari Terowongan sampai Kolam Darah
Berdasarkan informasi dari agensi pemberitaan kredit di Jepang, Tokyo Shoko Research, Fujimisou, sebuah ryokan telah mengajukan status bangkrut ke Pengadilan Distrik Nagoya pada 21 Februari.
Ryokan alias penginapan bergaya Jepang tradisional tersebut berlokasi di Nishiura, sebuah kota resor onsen di Prefektur Aichi.
Baca juga: Universal Studios Japan, Tokyo Disneyland, DisneySea Tutup karena Virus Corona
Ryokan yang memiliki 64 kamar ini berlokasi di ujung Semenanjung Atsumi. Ryokan adalah sebuah penginapan dengan fasilitas dan arsitektur khas Jepang.
Fujimisou mengajukan status bangkrut ini setelah beroperasi selama lebih dari 64 tahun.
Dahulu, Fujimisou merupakan bisnis yang sangat maju. Para tamu di sana bisa menikmati berbagai makanan laut segar yang berasal dari Teluk Mikawa. Selain itu, setiap kamar juga menawarkan pemandangan lautan yang luas.
Fujimisou mengalami keuntungan besar sekitar 550 juta yen atau sekitar Rp 72 miliar pada Desember 2005 lalu.
Namun semuanya berubah pada 2013 ketika mereka mengalami kejatuhan finansial.
Mereka kekurangan dana dan terpaksa untuk beralih ke pasar China untuk bisa tetap hidup. Dengan beralih target pasar ke wisatawan China, Fujimisou berhasil bertahan hidup dan akhirnya meraih untung kembali.
Apalagi dengan permintaan yang terus bertambah dari grup tur China ini.
Namun menurunnya jumlah wisatawan asal China sejak Januari 2020 juga menjadi kejatuhan bagi Fujimisou. Seharusnya periode tersebut adalah musim liburan Tahun Baru China.
Baca juga: Jepang Membarui Pembatasan untuk Wisatawan Terkait Virus Corona
Namun dengan adanya wabah virus corona dan pelarangan terbang dari pemerintah China, hal itu berdampak besar pada operasional ryokan.
Banyaknya pembatalan yang dilakukan oleh grup tur asal China akhirnya jadi pemicu bangkrutnya Fujimisou.
Bangkrutnya Fujimisou jadi peringatan bagi bisnis-bisnis lain yang sangat bergantung pada pasar China untuk bisa bertahan.
Hingga kini, penyebaran virus corona di Jepang semakin meningkat dari hari ke hari.
Berdasarkan hal itu, pemerintah Jepang akhirnya mulai menyarankan acara-acara berskala besar seperti konser dan festival untuk dibatalkan atau ditunda.
Hal tersebut memberikan kekhawatiran tersendiri terhadap dampak apa yang akan dihadapi oleh ekonomi lokal dan global.
Apalagi dengan ditutupnya Ghibli Museum dan penyelenggaraan Tokyo Olympics yang tak pasti.
Beberapa minggu ke depan jadi waktu yang krusial untuk bisa menahan penyebaran virus dan menghadapi ancaman yang akan diberikan pada bisnis dan komunitas lokal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.