Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Super Premium Pulau Komodo untuk Pariwisata Berkelanjutan?

Kompas.com - 03/03/2020, 09:44 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores Shana Fatina menyebut, tujuan eksklusivitas wisata di Pulau Komodo adalah pariwisata berkelanjutan.

"Kami ingin mengubah tata kelola baru, tidak dibuat terlalu mass tourism nantinya dan akan dibuat eksklusif supaya berkelanjutan,” ujar Shana.

Hal ini diungkapkan di acara forum pariwisata Quality Tourist, Super Quality Destinations, Wonderful Idonesia pada Jumat (28/2/2020).

Baca juga: Wisata Pulau Komodo Bakal Diberlakukan Kartu Anggota Tahunan, Harganya Rp 14 Juta?

Menurut Shana, kebijakan wisata super premium ini harus dilihat secara keseluruhan. Apalagi, kondisi Taman Nasional Komodo saat ini masih mengalami kendala biaya operasional.

Pendapatan yang diperoleh Taman Nasional tidak bisa menutupi biaya operasional yang cukup tinggi. Adapun biaya tersebut untuk patroli rutin, biaya penelitian, konservasi, hingga penghijauan.

Oleh karena itu, Taman Nasional Komodo akan mulai untuk mengimplementasikan pariwisata yang "eksklusif" untuk mendongkrak pendapatan.

Baca juga: Pulau Komodo Disarankan Terbuka untuk Umum, Bukan Wisata Super Premium

Shana menegaskan, eksklusif bukan berarti pembatasan wisatawan. Menurut Shana, hal ini bisa juga disebut sebagai membership.

"Jadi kayak sistem fundraising, kita mengumpulkan dana dari orang-orang di seluruh dunia yang peduli sama Pulau Komodo," kata Shana.

"Dana itu akan dikembalikan lagi kemudian untuk jadi dana operasional, biaya konservasi, biaya penelitian, riset," lanjutnya.

 

Ambil contoh film Jurassic Park

Shana mengambil contoh film Jurassic Park untuk Pulau Komodo.

"Coba bayangkan ketika kita nonton Jurassic Park, mereka punya laboratorium penelitian yang hebat. Kita enggak punya itu di Komodo. Kita ingin bikin hal-hal seperti itu ada di sana." lanjutnya.

Selain sistem membership, nantinya akan ada juga sistem zonasi. Sistem zonasi ini adalah penataan tempat “parkir” kapal di beberapa titik di taman nasional.

Nantinya, akan ada penataan area kapal di beberapa titik yang sudah ditentukan kapasitas maksimalnya.

Baca juga: Tahun 2021, China Akan Punya Jurassic Park di Kota Chongqing

Pemandangan matahari terbit di Pulau Padar, Nusa Tenggara TimurKompas.com/Silvita Agmasari Pemandangan matahari terbit di Pulau Padar, Nusa Tenggara Timur
Menurut Shana, sejauh ini sudah ada dua titik yang ditata yaitu Batu Bolong dan Karang Makassar.

Nantinya, di titik-titik tersebut tidak sembarang kapal boleh masuk. Tidak semua kapal bisa langsung sekaligus bersandar di sana. Ada giliran yang berlaku.

Baca juga: Labuan Bajo Jadi Wisata Super Premium, Wishnutama: Tak Perlu Khawatir

Perihal eksklusivitas dan harga membership yang katanya akan cukup premium, Shana meyakinkan, hal tersebut tidak akan berlaku di seluruh kawasan taman nasional.

Ada beberapa area taman nasional yang merupakan khusus area membership, tapi ada juga yang bisa diakses secara umum dengan harga tiket yang terjangkau.

 

Target tahun 2021

Perihal lini masa implementasi kebijakan ini, Shana mengatakan, semuanya masih perlu dikelola dengan matang lebih dahulu.

“Target tahun lalu itu kita bentuk SK-nya. Kemudian tahun ini bulan Mei kita akan kembangkan konsep pariwisata premium bahari berkelanjutan kelas dunia itu," kata Shana.

"Mungkin tahun depan 2021 baru bisa diimplementasikan. Lalu tahun depannya lagi di 2022 baru bisa berjalan maksimal," lanjutnya.

Baca juga: Pulau Komodo Disarankan Terbuka untuk Umum, Bukan Wisata Super Premium

Sebelumnya, kabar mengenai konsep wisata eksklusif Labuan Bajo telah bergulir sejak Oktober 2019. Harga tiket masuk ke kawasan Pulau Komodo diberitakan akan mengalami kenaikan signifikan.

Kabar tersebut sangat tidak disetujui oleh banyak pelaku pariwisata dan masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Pelaksana Harian ASITA Cabang Manggarai Barat, Donatus Matur pada Jumat (25/10/2019).

"Pariwisata Flores harus dikembangkan bersama Badan Otorita Pariwisata, bukan hanya berpusat di Labuan Bajo saja. Selama ini hanya seputar Labuan Bajo yang diperhatikan sementara destinasi di desa-desa tak pernah dibicarakan oleh pemerintah," tutur Donatus.

Baca juga: Komodo Terus Memikat Turis, Kunjungan Turis Asing ke Labuan Bajo Naik

Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio telah menanggapi hal ini. Ia menjawab kekhawatiran masyarakat lokal dengan mengatakan bahwa hal tersebut akan diantisipasi pemerintah dengan membangun infrastruktur termasuk airport dan hotel di sana.

“Super premium di Labuan Bajo, saya melihat bahwa pemerintah bangun airport dengan landasan lebih panjang, hotel juga dibangun sangat banyak di sana. Artinya turis pasti akan lebih banyak dan bisa jual lebih mahal," kata Wishnutama dalam acara Indonesian Tourism Summit 2019 di Upperroom Jakarta, Selasa (17/12/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com