JAKARTA, KOMPAS.com – Wabah virus corona membuat pariwisata dunia lesu. Tak terkecuali Bali yang memiliki market 19 persen wisatan asal China.
Sekretaris Jenderal Indonesia Hotel General Manager Association, Bustamar Koto, mengatakan okupansi hotel atau tingkat hunian kamar hotel di Bali mengalami penurunan yang cukup signifikan.
“Bisa dikatakan penurunan lebih dari 30 persen," ujar Bustamar pada Kompas.com saat dihubungi Rabu (25/2/2020).
Ia menjelaskan tarif inap hotel sangat bergantung pada permintaan. Ketika permintaan turun, maka hotel akan menyesuaikan harga menjadi lebih murah.
Baca juga: Hotel-hotel di Bali Diskon Sampai 60 Persen di Online Travel Agent, Ada Apa?
"Apalagi Bali punya China market yang luar biasa ya, pasti terdampak besar,” jelas Bustamar.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani. Pada Kompas.com ia mengatakan bahwa hotel memiliki sistem dynamic pricing.
Artinya, ketika sedang ada penurunan okupansi seperti saat ini, otomatis harga yang mereka tawarkan pun akan turun.
Jumlah penurunan harga berbeda-beda setiap hotel.
Melalui penelurusan Kompas.com, tingkat okupansi hotel-hotel di Bali saat ini hanya mencapai sekitar 30-50 persen saja.
“Harapan kami cukup besar untuk pergerakan wisatawan nusantara karena adanya penurunan ini untuk menambal wisatawan mancanegara yang hilang,” jelas Haryadi.
Baca juga: Sabtu Rebahan di Bali, Staycation Tenang di 5 Vila Bambu
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.