Lalu aroma ayam yang pekat sangat tercium saat dihidangkan. Tekstur bubur tidak encer tetapi kental dan padat. Kuning telur saat dipecah seakan lumer menyelimuti seluruh bagian bubur.
Baca juga: Bedanya Gado-gado Siram Bon Bin Sejak 1960 dengan yang Lain di Jakarta
Sama sekali tak ada bau amis dari telur mentah, sebab telur yang digunakan adalah telur ayam kampung.
Pengalaman menyantap bubur semakin asyik ketika harus meracik saus, sambal dan kecap asin sesuai selera.
Kecap asin dari Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman memang tidak diragukan lagi kenikmatannya. Kecap asin tidak hanya sekedar asin tetapi terasa gurih dari kacang kedelai.
Bagi yang suka sambal bisa mencampurkan sedikit sambal dalam buburnya.
Selain itu juga ada beberapa aneka sate untuk makanan pendamping. Ada sate hati, ampela, usus yang ditusuk jadi satu.
Baca juga: Gado-gado Bon Bin, Kuliner Legendaris Jakarta Sejak 1960
Banyak pelanggan yang sudah menjadi penikmat Bubur Cikini dari lama menganggap bubur nikmat karena rasanya yang khas.
"Banyak orang baru yang kaget karena buburnya rasanya tawar, tapi kalau orang lama pasti tau ciri khas dari bubur cikini ya seperti ini," jelasnya.
Jhony menyebutkan resep bubur turun temurun tidak pernah diubah hingga kini.
Bubur Cikini dimasak sejak pukul 00.00, kemudian siap dijual pukul 06.00.
Jika ingin menikmati bubur Cikini, kamu bisa langsung menuju Bubur Ayam Cikini H.R. Suleman, yang berada di Jalan Cisadane Nomor 121, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Kedai bubur ini buka dari pukul 06.00 hingga 23.00 WIB.
Untuk mencicipi semangkuk bubur telur kamu harus mengeluarkan uang sebesar Rp 27.500 dan untuk bubur biasa Rp 24.200.
Baca juga: Soto Betawi Haji Maruf, Kuliner Legendaris Jakarta Langganan Para Pejabat
Untuk sate usus, ati, dan ampela, dihargai Rp 7.000 pertusuk. Selain bubur kedai ini juga menjual nasi goreng, mi godog, mi goreng, canai dan martabak.
Bubur Cikini H.R. Suleman merupakan rumah makan keempat dari liputan khusus bersambung "50 Tempat Makan Legendaris di Jakarta".
Artikel rekomendasi tempat makan legendaris di Jakarta ini akan tayang setiap Jumat selama 50 pekan ke depan. Nantikan kisah para perintis kuliner Jakarta berikutnya di Kompas.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.