“Saya lebih mengincar ke kuantitas yang besar jadi harganya tidak terlalu tinggi,” lanjutnya.
Terkait rasa pempek yang ia jual, Rudi pun mengaku masih memiliki idealisme tertentu soal penggunaan bahan pembuatan.
Pempek Megaria masih menggunakan campuran ikan tenggiri sebagai bahan utama.
“Ada pedagang yang mencampur adonan pempeknya selain ikan tenggiri dengan ikan laut lain yang lebih murah," cerita Rudi.
"Karena ikan tenggiri kan agak mahal. Makanya pempek kita enggak pernah bisa benar-benar murah,” sambungnya.
Baca juga: Bedanya Gado-gado Siram Bon Bin Sejak 1960 dengan yang Lain di Jakarta
Tak itu saja, Rudi juga tetap mempertahankan penggunaan gula merah asli dari Sumatera Selatan.
Menurut Rudi, penggunaan gula merah Sumatera Selatan pada cuko pempek akan membuat rasa cuko jadi lebih pekat dan berbeda.
Pempek Megaria hingga kini tak memiliki cabang. Rudi memang tak tertarik untuk membuka cabang, termasuk bisnis warabala (franchise).
“Kalau franchise itu rumit, terutama berkaitan dengan masalah legal. Misalnya saya punya cabang franchise di Tebet, kalau dia punya tindakan (melanggar) hukum atau apa itu kenanya ke nama saya,” jelas Rudi.
“Paling saya kerja sama dengan online aja ya. Saya ada di Kwitang itu hanya untuk pick-up point ojek online enggak bisa makan di sana,” lanjutnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.