Sementara larangan keempat adalah amati geni yang berarti tidak boleh menyalakan api. Selain api untuk memasak selama Nyepi, tetapi juga api yang terdapat dalam emosi manusia.
Menurut Pitana, api-api tersebut antara lain adalah api amarah, nafsu, asmara, cemburu, iri, dan lain-lain. Dia menuturkan bahwa seluruh api tersebut harus dimatikan.
“Empat itu adalah larangan dan keharusan yang ada dalam peringatan hari suci Nyepi bagi segenap umat Hindu. Khususnya di Indonesia, lebih khusus lagi di Bali,” kata Pitana.
Baca juga: Bagaimana Perayaan Nyepi di Tengah Virus Corona?
Pada tahun 78 Masehi di India, Pitana mengatakan bahwa saat itu banyak terjadi perang antar raja dan sekte yang ada di sana.
Untuk perang dan perkelahian antar sekte, jika terdapat satu sekte yang berkuasa, maka sekte lain akan ditekan.
Setelah adanya seorang raja yang berasal dari minoritas bernama Raja Kanishka, peperangan dan perkelahian tersebut kian berkurang hingga akhirnya berhenti.
“Beliau dengan bijaksana mengakomodasi semua sekte sehingga tidak ada lagi sekte yang dominan. Sudah sama, seperti Pancasila. Tidak mengenal adanya minoritas dan mayoritas,” kata Pitana.
Pitana menambahkan bahwa naiknya Raja Kanishka berhasil membuat seluruh sekte di India pada zaman itu bersatu dan hidup saling berdampingan.
Kendati bernama Kanishka, namun Raja Kanishka lebih dikenal sebagai Raja Isaka. Pitana mengatakan bahwa nama tersebut disematkan karena kerajaannya bernama Isaka.
Baca juga: 4 Rangkaian Hari Raya Nyepi Beserta Makna di Baliknya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.