Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicipi Gado-gado Pak Wahyu, Kuliner Legendaris Hidden Gem di Menteng

Kompas.com - 27/03/2020, 12:38 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Tangan tuanya masih cekatan mengulek bumbu kacang, mencampurnya dengan air dan mengaduknya bersamaan dengan sayuran rebus.

Pak Wahyu namanya, usia 59 tahun. Ia mulai berjualan gado-gado di Jalan Cilacap sejak usia 20 tahunan.

Gado-gado Betawi yang sederhana ini telah ada sejak 1981 lalu. Dahulu ia berjualan bersama sang paman di Jalan Sawo sejak 1978 sebelum memutuskan untuk membuka gerobak gado-gado sendiri dan berjualan secara mandiri.

“Bantu-bantu paman, terus baru paman nyuruh ulek bumbu sendiri," jelas Wahyu pada Kompas.com, Rabu (4/3/2020).

"Pertama itu buat makan kita dulu gado-gadonya, berapa kali coba terus pas rasanya udah sama kayak yang paman baru dia suruh untuk buka usaha sendiri," lanjutnya.

Kompas.com berkesempatan untuk mencicipi kelezatan dari Gado-gado Pak Wahyu ini. Lokasinya yang berada di pinggir jalan tidak serta merta membuat tempat makan ini terasa tak nyaman.

Seporsi Gado-gado Pak WahyuSYIFA NURI KHAIRUNNISA Seporsi Gado-gado Pak Wahyu

Wahyu cukup teliti memilih lokasi. Tempat makannya tak panas sama sekali. Di atas gerobak ditaruh terpal, kemudian ada pohon berukuran sedang yang menutupi area makan para pengunjung.

Wahyu bekerja sendirian, maka tak heran cobek yang digunakan untuk mengulek bumbu berukuran cukup besar.

Cobek ini rupanya mampu menjadi wadah ulek bumbu gado-gado yang beberapa porsi sekaligus.

Di sela-sela ulekan bumbu kacang yang ia buat sendiri, Wahyu selalu bertanya tingkat kepedasan dan jumlah cabai yang diinginkan sang pembeli.

“Bikin sendiri (bumbunya). Kacang juga giling sendiri di rumah. Dari dulu tahun 80-an masih ditumbuk sekarang ya sudah pakai alat gilingan,” jelas Wahyu.

Saat diulek, Wahyu mencampur bumbu lainnya seperti garam, asam jawa, cabai, dan jeruk limau untuk menambah rasa. Setelahnya, ia baru mencampurkan beragam sayuran rebus.

“Isinya jagung, kentang, tahu, pare, bayam tapi karena bayam mahal jadi pakai sawi aja. Sawi hijau sama putih," 

Di musim penghujan, Wahyu bercerita bayam sulit didapat. Maka ia mencari akal agar harga gado-gado yang ia jual tak perlu naik.

Sepiring gado-gado bisa dinikmati dengan seporsi nasi atau lontong yang bisa dipilih oleh pembeli sesuai selera.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com