Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat 50 Restoran Terbaik di Asia Saat Krisis akibat Pandemi Virus Corona

Kompas.com - 31/03/2020, 16:07 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

“Pandemi ini sangat berdampak bagi kami dan mayoritas restoran di seluruh dunia. Terdapat penurunan pengunjung yang sangat besar dari seluruh dunia,” ujar Thomas Suhring.

Sebelum penutupan, Suhring melakukan pengecekan suhu tubuh pada tamu dan staff. Ia juga menempatkan meja-meja dengan jarak masing-masing meja sejauh dua meter.

Langkah ini dilakukan sehingga para tamu bisa tetap menikmati sajian ala Jerman termasuk daging Simmentaler dengan caviar di atas roti.

Serta spatzle (mi telur) yang disajikan dengan truffle segar.

Perusahaan pembersihan profesional juga ditugaskan untuk melakukan penyemprotan disinfektan di restoran dua kali dalam seminggu.

Tak jauh dari lokasi Suhring di Bangkok, restoran fusion India, Gaa yang berada di peringkat 15 berencana untuk meluncurkan program takeaway dan delivery. 

Ide ini muncul karena larangan dari pemerintah bagi orang untuk makan di luar rumah.

Gaa juga sudah mengimbau para staff untuk tetap di rumah jika mereka merasa tidak enak badan.

Baca juga: 13 Langkah Inovatif Restoran Luar Negeri Berbisnis di Tengah Pandemi Virus Corona (2)

 

Chef Garima Arora dari Gaa mengatakan mereka tak akan mengambil resiko yang tak perlu.

Gaa telah mengubah format menu mereka pada awal tahun ini setelah Arora mengunjungi kampung halamannya di Mumbai.

Menurutnya, cara ia menghidangkan makanan di Gaa tidak sesuai dengan cara orang India makan di kampung halaman.

Hal itu menginspirasi Arora untuk membuat menu sekarang ini yang terdiri dari lima sajian. Setiap sajian memiliki tema, seperti tema street food yang terdiri dari chaat buah dan hati bebek di atas roti.

Ada juga tema seafood yang terdiri dari papadum kerang dan ikan karang. Selain itu ada sajian vegetarian yang terdiri dari saag rosella dan roti jagung.

Bangkok juga memiliki restoran lain yang baru masuk dalam daftar. Yakni 80/20, restoran Thailand yang dikelola oleh suami-istri Napol Jantraget dan Saki Hoshino.

Sajian di Toyo EateryDok. Instagram Toyo Eatery Sajian di Toyo Eatery

Sementara itu, restoran Singapura Burnt Ends yang menempati posisi kelima sedang mengalami kekhawatiran karena adanya penundaan penerbangan. 

Mereka mengandalkan pesawat untuk mengantarkan bahan masakan segar setiap minggunya.

Restoran barbekyu ini mengimpor bahan mereka sekitar 85-90 persen dari luar negeri. Termasuk dari Jepang dan Australia, menurut chef Australia sekaligus pemilik Burnt Ends, Dave Pynt.

Burnt Ends yang memiliki satu bintang Michelin mulai beberapa bulan ini mengolah cumi firefly, A5 wagyu, jamur maitake, dan domba yang dibrined dengan buttermilk.

Baca juga: Restoran Little Hongkong di Bali Berbagi Makanan untuk Tenaga Medis Covid-19

Pynt berkata, sejak restoran menghadapi penurunan yang signifikan dalam hal jumlah turis, banyak konsumen lokal yang muncul memberikan bantuan untuk mereka.

Untuk memastikan keamanan, para staff di dapur dan area makan melakukan pengecekan suhu tubuh dua kali dalam sehari.

Hand sanitizer juga disediakan untuk para tamu. Serta tamu yang terlihat tidak sehat akan diminta untuk pergi.

“Saya khawatir. Ini sangat sulit. Kamu ingin jadi positif tapi untuk dunia bisa kembali ke masa yang normal, ini akan jadi masa yang sangat lama,” ujar Pynt dalam wawancara telepon dengan Bloomberg.

Sementara itu, di Hong Kong Chef Richard Ekkebus dan restoran Amber dengan bintang dua Michelin mengatakan bahwa suplai logistik kian jadi tantangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com