“Untuk di perkotaan, anak muda mayoritas pakai masker, orang tua biasa saja. Tapi semua akan pakai masker saat musim dingin,” tutur Jimmy.
Masker kain banyak dijual di beberapa toko pinggir jalan yang juga menjual aksesori. Sementara masker medis hanya ada di toko farmasi.
Tony menuturkan bahwa di tengah wabah virus corona, masyarakat China tidak ada yang berbondong-bondong pergi ke farmasi untuk membeli masker bedah. Mereka secara tertib membeli sesuai kebutuhan saja.
Kendati demikian saat kota Wuhan mulai ditutup, Tony mengatakan bahwa masker mulai dicari.
Hal ini dilakukan agar yang sehat juga bisa mengenakannya guna mencegah penyebaran virus corona.
“Walaupun masker medis mulai habis di beberapa toko, tetapi masker non-medis masih dijual. Tapi masker medis habis karena dibeli masyarakat untuk diberi kepada rumah sakit,” kata Tony.
“Sementara masyarakat menggunakan masker kain untuk dipakai dalam keseharian saat keluar rumah. Tidak hanya yang sakit tapi juga yang sehat,” tambahnya.
Sementara itu, Erwin mengatakan bahwa penggunaan masker baik di Jepang maupun Korea juga mengalami perubahan.
Sebelumnya, masker hanya digunakan oleh mereka yang sakit atau yang alergi serbuk bunga. Namun saat ini orang yang sehat turut mengenakan masker.
“Penjualan masker pun tidak ada yang mendadak harganya menjadi 10 kali lipat dan banyak pedagang dadakan. Sejak awal muncul corona di Jepang, pemerintah langsung melakukan proteksi terhadap penjualan masker. Maksimal seorang hanya boleh beli dua,” tutur Erwin.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.