Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebiasaan Orang Korea Selatan Pakai Masker, Ternyata Berawal dari Kejadian Ini...

Kompas.com - 07/04/2020, 17:07 WIB
Nabilla Ramadhian,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

Sumber Quartz

Untuk mendapatkan masker kain, biasanya beberapa toko di pinggir jalan yang juga menjual aksesori banyak menjual masker tersebut. Sementara masker medis hanya ada di toko farmasi saja.

Fenomena penggunaan masker tidak asing di Korea Selatan

Mengutip Quartz, pemandangan masyarakat di beberapa negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan China merupakan sesuatu yang tidak asing lagi.

Baca juga: Orang Jepang, China, dan Korea Sering Pakai Masker, Ternyata Ini Alasannya...

Pemandangan tersebut juga tidak asing dilihat pada masyarakat Asia di Amerika. Hal ini dikarenakan sejak adanya wabah SARS pada 2002 dan kepanikan flu burung pada 2006.

Penggunaan masker beralih pada imigran Asia di Amerika. Bahkan mereka tetap mengenakan masker saat adanya virus Ebola meski jumlah infeksi virus tersebut di Amerika pada saat itu turun menjadi nol.

Kebiasaan menggunakan masker dapat ditarik pada beberapa tahun pertama abad ke-20 saat pandemi influenza terjadi.

Pandemi tersebut menyebabkan kematian 20 – 40 juta masyarakat di seluruh dunia, lebih banyak dari angka kematian saat Perang Dunia I. Terdapat wabah penyakit di setiap benua yang ada, termasuk Asia. 

Menutup wajah dengan syal, kerudung, atau masker menjadi cara untuk menangkal penyakit di beberapa belahan dunia hingga epidemi tersebut hilang di akhir tahun 1919.

Penggunaan masker dipengaruhi Taoisme

Masyarakat yang tinggal di yang negara-negara yang dipengaruhi Taoisme dan ajaran kesehatan pengobatan tradisional China seperti Korea Selatan mungkin memiliki alasan filosofi dibalik penggunaan masker.

Sebab, kedua hal tersebut dipandang sebagai elemen sentral kesehatan yang baik.

Seorang praktisi bersertifikat akupunktur dan obat herbal di Los Angeles bernama Michelle M. Ching mengatakn bahwa “Qi” merupakan konsep sentral di kosmologi China.

Konsep yang juga menjadi sentral dalam fisiologi tersebut umumnya memiliki kaitan dengan energi dan uap.

“Qi memiliki banyak arti dalam bahasa China termasuk udara (kong qi), atmosfer (qi fen), dan bau (qi wei). Hal ini mungkin alasan lain mengapa masker sangat diperlukan di China,” tutur Ching, mengutip Quartz.

“Kekuatan (li qi) dan patogen (xie qi). Saat qi dalam tubuh habis atau gerakannya berubah, rasa sakit dan penyakit akan berkembang. Bernafas menjadi sangat penting untuk menjaga qi dalam tubuh,” tambahnya.

Sementara itu, masuknya “feng” atau angin berbahaya dianggap sebagai yang paling kuat dan umum dalam penyakit yang disebabkan oleh “Enam Penyebab Eksternal” dalam dunia pengobatan tradisional China.

Ching menuturkan bahwa angin dapat menghembuskan pintu hingga terbuka, meniupkan udara dingin dari air ke daratan sekitarnya, atau menghembuskan api dari satu bagian hutan ke bagian lainnya.

“Analogi pintu berkaitan dengan pemahaman obat tradisional China terhadap bagaimana paparan angin dapat melemahkan pertahanan tubuh manusia,” tutur Ching.

Sebagai gambaran yang lebih jelas, Asia Timur memiliki banyak takhayul seputar udara dan angin. Takhayul paling terkenal adalah ketakutan untuk tidur di ruangan yang memiliki kipas angin listrik yang menyala.

Kepercayaan tersebut berasal dari Korea. Bahkan, di sana terdapat fobia kematian karena kipas angin yang hingga saat ini masih ada.

Di Asia Timur, kecenderungan mengenakan masker untuk mencegah paparan udara buruk merupakan sesuatu yang mendahului teori kuman penyakit dan meluas ke dasar budaya Asia Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com