Aspek selanjutnya adalah empathy untuk konsumen, Hermawan menyebutkan ini berkaitan dengan keinginan konsumen.
Hermawan mencontohkan, ketika para wisatawan terlanjut melakukan pemesanan tiket pesawat atau hotel misalnya, mereka pasti akan meminta layanan refund (pembatalan) atau reschedule (penjadwalan ulang).
Baca juga: Mayoritas Hotel di Bali Tutup Operasional, Sisanya Mencoba Bertahan
“Nah kita harus memberikan empathy. Harus dipermudah, diberikan layanan. Kalau sedang begini, jangan memikirkan profit yang penting cashflow,” ungkap Hermawan.
Sementara untuk yang berkaitan dengan produk, aspek yang berkaitan adalah price dan promotion.
Untuk aspek promotion, Hermawan menjelaskan salah satunya bisa melalui komunikasi yang baik.
Pelaku pariwisata harus bisa mengkomunikasikan mengenai apa saja yang akan dipersiapkan dan disediakan untuk konsumen setelah pandemi ini berakhir.
Hal ini juga berkaitan dengan price, menentukan harga yang pantas yakni murah tapi tidak terlampau murah.
“Mainkan harga Anda. Jangan memberi terlalu murah yang akhirnya jadi murahan. Fleksibilitas itu penting. Harus fleksibel, misalnya jual 5 malam di hotel saya yang nantinya bisa diambil dalam satu tahun ke depan. Ini kan menarik," jelasnya.
Contoh laind ari Hermawan adalah paket wisata yang bisa dikredit atau bisa bundling (dijadikan satu benefitnya).
Baca juga: Pegawai Hotel Perlu Bantuan Langsung Tunai karena Wabah Virus Corona
"Hotel yang ditambah check up kesehatan. Hotel ditambah apa, itu akan menarik orang. Kalau dikomunikasikan mulai sekarang, Anda sudah mulai mencuri start atau overtacking at the corner,” pungkas Hermawan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.