Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saran Bagi Pelaku Pariwisata agar Dapat Bertahan di Tengah Krisis Pandemi Virus Corona

Kompas.com - 08/04/2020, 19:07 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Industri pariwisata jadi salah satu sektor paling terdampak dari adanya pandemi corona.

Banyak bisnis yang terancam tutup akibat adanya pembatasan perjalanan dan pemberlakuan lockdown di banyak negara di dunia.

Namun menurut Founder dan Chairman MarkPlus Tourism Hermawan Kartajaya, periode ini justru jadi momen yang tepat bagi pelaku pariwisata untuk bisa memperkuat diri.

“Ada aspek negatif dan aspek positif. Ini waktunya menyalip, jangan menunggu krisis ini selesai dan ubah ini jadi keuntungan,” ujar Hermawan dalam sesi webinar bertajuk COVID-19 Crisis in Tourism: Threat and Opportunity yang digelar oleh MarkPlus Tourism pada Senin (6/4/2020).

Ia mengungkapkan ada dua hal yang dapat dilakukan pelaku bisnis pariwisata di masa pandemi corona, yaitu surviving (bertahan) dan preparing (bersiap).

Baca juga: 1.266 Hotel Tutup karena Corona, Ini Usulan Asosiasi untuk Pemerintah

Preparing dan surviving ini sama-sama dilakukan di kuartal kedua (tahun 2020). Preparing caranya, cashflow diperhatikan, jangan sampai makan aset inti, lalu jangan membuang hal yang tidak ada additional vallue-nya,” sambung dia.

Periode preparing atau mempersiapkan ini berlangsung di kuartal kedua hingga kuartal ketiga nanti.

Hermawan lebih lanjut menjelaskan bahwa dalam proses surviving dan servicing, ada empat hal yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan aspek konsumen dan aspek produk. 

Empat hal tersebut terdiri dari aspek responsiveness (cepat tanggap), empathy (empati), price (harga) dan promotion (promosi).

Ilustrasi wisatawan mancanegara menyaksikan Tari Kecak di Pura Uluwatu. SHUTTERSTOCK/MAZUR TRAVEL Ilustrasi wisatawan mancanegara menyaksikan Tari Kecak di Pura Uluwatu.

"Orang-orang pasti punya anxiety (panik/takut) mereka ingin direspon. Orang yang minta pembatalan, itu harus cepat ditangani. Bisnis harus responsif,” jelas Hermawan.

Aspek selanjutnya adalah empathy untuk konsumen, Hermawan menyebutkan ini berkaitan dengan keinginan konsumen.

Hermawan mencontohkan, ketika para wisatawan terlanjut melakukan pemesanan tiket pesawat atau hotel misalnya, mereka pasti akan meminta layanan refund  (pembatalan) atau reschedule (penjadwalan ulang).

Baca juga: Mayoritas Hotel di Bali Tutup Operasional, Sisanya Mencoba Bertahan

“Nah kita harus memberikan empathy. Harus dipermudah, diberikan layanan. Kalau sedang begini, jangan memikirkan profit yang penting cashflow,” ungkap Hermawan.

Sementara untuk yang berkaitan dengan produk, aspek yang berkaitan adalah price dan promotion.

Untuk aspek promotion, Hermawan menjelaskan salah satunya bisa melalui komunikasi yang baik.

Pelaku pariwisata harus bisa mengkomunikasikan mengenai apa saja yang akan dipersiapkan dan disediakan untuk konsumen setelah pandemi ini berakhir.

Kawasan pariwisata Kuta Mandalika di Nusa Tenggara BaratDok. Bina Marga Kawasan pariwisata Kuta Mandalika di Nusa Tenggara Barat

 

Hal ini juga berkaitan dengan price, menentukan harga yang pantas yakni murah tapi tidak terlampau murah.

“Mainkan harga Anda. Jangan memberi terlalu murah yang akhirnya jadi murahan. Fleksibilitas itu penting. Harus fleksibel, misalnya jual 5 malam di hotel saya yang nantinya bisa diambil dalam satu tahun ke depan. Ini kan menarik," jelasnya.

Contoh laind ari Hermawan adalah paket wisata yang bisa dikredit atau bisa bundling (dijadikan satu benefitnya).

Baca juga: Pegawai Hotel Perlu Bantuan Langsung Tunai karena Wabah Virus Corona

"Hotel yang ditambah check up kesehatan. Hotel ditambah apa, itu akan menarik orang. Kalau dikomunikasikan mulai sekarang, Anda sudah mulai mencuri start atau overtacking at the corner,” pungkas Hermawan.

Nantinya, setelah berhasil menyalip para pesaing dan berada di tahap yang aman, Hermawaan menyebutkan para pelaku pariwisata baru bisa memainkan aspek produk.

Sekarang ini, pelaku pariwisata disarankan untuk fokus surviving.

Ilustrasi wisatawan di Bali.shutterstock.com/Davide+Angelini Ilustrasi wisatawan di Bali.

“Kalau Anda memainkan empat hal ini, ada kemungkinan konsumen Anda yang loyal tidak akan pergi kemana-mana," jelasnya.

Ia memprediksi konsumen akan melakukan pemesanan untuk periode yang akan datang setelah mereka merasa pandemi virus corona sudah akan berakhir.

Pelaku pariwisata harus mengejar para konsumen untuk mau memesan di periode tersebut.

Selain itu, mereka juga harus memberikan jaminan beberapa hal yang akan meyakinkan konsumen untuk tetap bertahan.

Baca juga: 5 Eksperimen Dalgona Coffee yang Bisa Kamu Bikin di Rumah

Salah satunya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sejenis pandemi ini, pelaku usaha akan memberikan fleksibilitas terkait refund dan reschedule.

Pelaku usaha juga bisa membuat berbagai paket menarik yang berfokus menargetkan wisatawan domestik dan mancanegara terutama dari negara-negara tetangga. 

Hermawan juga menyebutkan kesiapan destinasi dalam hal keamanan dan mitigasi bencana jadi prioritas karena perilaku wisatawan yang akan berubah usai pandemi virus corona.

“Mereka masih takut dan akan cari destinasi yang dianggap aman dan sehat. Harus ada juga aspek fleksibilitas dan mitigasi. Mereka takut kalau pandemi seperti ini ada lagi," pungkas Hermawan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com