Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Dunia Dipredksi Pulih 10 Bulan Pasca Wabah Corona, Bagaimana Indonesia?

Kompas.com - 10/04/2020, 09:15 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terdampak dari wabah virus corona.

Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) merilis situasi dan dampak virus corona akan membuat penurunan penerimaan pariwisata internasional dengan perkiraan sekitar 20 hingga 30 persen.

Berdasarkan data UNWTO, hal ini artinya berdampak pada nilai pertumbuhan yang akan hilang selama lima hingga tujuh tahun karena virus corona.

Melansir Modern Diplomacy, Sekretaris Jenderal UNWTO Zurab Pololikashvili mengatakan pariwisata adalah salah satu yang paling terpukul dari semua sektor ekonomi.

"Namun, pariwisata juga bersatu dalam membantu mengatasi keadaan darurat kesehatan yang luar biasa ini. Ini adalah prioritas utama kami, sembari bekerjasama untuk mengurangi dampak krisis, terutama pada lapangan kerja, dan untuk mendukung upaya pemulihan," kata Zurab seperti dikutip Modern Diplomacy.

Baca juga: Izin Pendakian Gunung Everest Ditangguhkan, Sherpa Tidak Punya Pendapatan

Danau Sentani, Papua.https://pesona.travel Danau Sentani, Papua.
Sementara itu, World Travel and Tourism Council (WTTC) telah memperingatkan pandemi ini dapat memangkas 50 juta pekerjaan di seluruh dunia dalam industri perjalanan dan pariwisata.

Melansir World Economic Forum, Asia diperkirakan akan terkena dampak terburuknya. Ia menambahkan, diperlukan hingga 10 bulan bagi industri untuk pulih setelah wabah selesai.

Direktur Pelaksana WTTC Virginia Messina mengatakan bahwa dampak ini tergantung berapa lama epidemi berlangsung.

"Langkah-langkah tertentu tidak membantu dan mereka dapat mendorong dampak ekonomi menjadi jauh lebih signifikan," katanya.

Baca juga: Saran Bagi Pelaku Pariwisata agar Dapat Bertahan di Tengah Krisis Pandemi Virus Corona

 

Keindahan Komodo di Pulau Komodo.SHUTTERSTOCK/SERGEY URYADNIKOV Keindahan Komodo di Pulau Komodo.
Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengharapkan agar keadaan pariwisata dapat lebih cepat pulih.

"Memang ada riset dari UNWTO, dan lembaga lain yang mengatakan pariwisata dunia akan pulih di tahun 2022, bahkan ada yang bilang sampai tujuh tahun, tapi kan itu bicara dunia," kata Wishnutama dalam diskusi online bersama PHRI, ASITA, dan sejumlah media, Selasa (7/4/2020).

"Kalau kita bicara recovery dan normalisasi, kami sudah merancang yang diharapkan dapat mempercepat proses, agar tidak selama itu," lanjutnya.

Baca juga: ASITA: Industri Agen Perjalanan Sangat Terhantam dan Dilema karena Virus Corona

Ia mengatakan Kemenparekraf sudah merancang tiga tahap atau fase untuk menanggulangi virus di antaranya tanggap darurat, recovery, dan pemulihan.

Saat ini, Indonesia tengah berada dalam tahap tanggap darurat. Wishnutama menjelaskan, pada tahapan ini, pemerintah, termasuk Kemenparekraf berfokus membantu tenaga medis dengan cara kerjasama hotel, dan industri transportasi.

Selain itu, Wishnutama juga mengatakan, Kemenparekraf telah mendirikan tim krisis atau satgas kepariwisataaan yang tujuannya mengumpulkan data para pelaku parekraf terdampak virus corona.

"Tim Krisis atau satgas ini kita inisiasikan salah satunya untuk mengumpulkan data. Lalu satgas ini berguna untuk mendapatkan informasi komprehensif dari para pelaku parekraf. Ini kan data akurat," ujarnya.

Baca juga: Pegawai Hotel Perlu Bantuan Langsung Tunai karena Wabah Virus Corona

Salah satu pantai di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.Dok. Kementerian Pariwisata Salah satu pantai di Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.
Data yang terkumpul Tim Krisis ini nantinya akan diserahkan kepada Kementerian atau Lembaga terkait, sehingga bisa dikaji tindak lanjut penanggulangannya.

Wishnutama meyakini, pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia setelah wabah berakhir dapat jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Jika saya pelajari dari negara-negara yang berhasil meminimalisir Covid-19, masyarakatnya benar-benar kompak bersatu menghadapi pandemi," kata Wishnutama.

"Jika kita dengan semangat positif terhadap parekraf ke depannya justru saya amat meyakini pada saat pandemi berakhir parekraf kita bisa jauh lebih baik," jelasnya.

Baca juga: Bisnis Terpuruk, Industri Hotel Berharap Bantuan Pemerintah

Selain itu, ia juga menyebut tentang psikologi wisatawan yang ingin cepat pergi berlibur. Hal ini menurutnya perlu dipelajari Kemenparekraf.

"Wisatawan yang saat ini hanya di rumah saja justru malah ingin cepat-cepat keluar, tapi ada yang bilang juga psikologisnya mikir dulu untuk keluar," kata Wishnutama.

"Jadi ada berbagai macam pandangan yang berbeda, tapi kita berharap psikologis yang ingin cepat keluar," tambahnya.

 

Danau TobaShutterstock Danau Toba
Optimisme PHRI dan ASITA hadapi pandemi

Sementara itu, dari asosiasi sektor pariwisata yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Association of The Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) mengaku optimis dapat menghadapi pandemi virus corona bersama.

Menurut Ketua PHRI Hariyadi Sukamdani dan Ketua ASITA Rusmiati, dari segi pegawai atau karyawan, keduanya sepakat tidak akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam hal ini.

"Bisa kami sampaikan, tidak ada PHK, karena kalau PHK itu berarti perusahaan harus membayar uang pesangon, itu mereka tidak mungkin banget. Jadi yang terjadi sekarang ini mereka saja sulit menggaji karyawannya," kata Hariyadi dalam diskusi online, Selasa (7/4/2020).

Baca juga: Kunjungan Turis Asing ke Bali Menurun, Nyaris Sudah Tidak Ada Tamu

Namun, baik PHRI dan ASITA menyampaikan usulan kepada pemerintah untuk cepat menanggulangi dampak wabah corona bagi sektor pariwisata.

Usulan PHRI tersebut di antaranya dari segi pajak, keuangan, dan ketenagakerjaan. Untuk pajak, PHRI meminta relaksasi PPh pasal 21 dan 25 guna memberi ruang likuiditias bagi usaha pariwisata.

Selain itu, membebaskan pajak hotel dan restoran selama satu tahun.

Sementara untuk ketenagakerjaan, PHRI meminta pembebasan iuran BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan untuk satu tahun, pembebasan kewajiban pelaporan bulanan BPJS, Bantuan Langsung Tunai kepada pekerja.

Baca juga: 1.266 Hotel Tutup karena Corona, Ini Usulan Asosiasi untuk Pemerintah

Gunung Rinjanishutterstock Gunung Rinjani
PHRI juga mengusulkan agar pelatihan bagi karyawan pada program Kartu Pra Kerja ditiadakan, pencairan tabungan tunjangan Hari Tua, serta THR disubsidi pemerintah atau pembayaran THR dapat dilakukan setelah masa recovery.

Sementara itu, Ketua ASITA Rusmiati tetap optimis ASITA dapat berjalan di tengah pandemi dengan salah satu caranya tetap mengadakan kegiatan networking online Biro Perjalanan Wisata (BPW) setiap Sabtu pukul 14.00.

"Kami selalu berkomunikasi dan koordinasi dengan mengadakan kegiatan yang mengembangkan networking, meningkatkan kapasitas diri, skill and knowledge," kata Rusmiati.

"Kegiatan ini membahas berbagai isu tentang bisnis inbound, outbound, umroh haji, domestic market, sertifikasi SDM," tambahnya.

 

Baca juga: Kereta Bandara Soekarno-Hatta dan Kualanamu Tidak Beroperasi Sampai 31 Mei 2020

Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif kepada karyawan BPW agar mendapatkan manfaat dari Kartu Pra Sejahtera.

"Voucer tersebut dapat digunakan untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan profesi saat ini dan keterampilan baru yang bisa digunakan mereka untuk bertahan hidup saat ini," tambahnya.

Menurutnya, Indonesia perlu belajar dari negara tetangga seperti Malaysia dalam melakukan insentif ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com