"Dia katanya jualan burjo dipanggul gitu, kayak tukang dawet gitu dulu. Dia jualan bareng istrinya dari Kuningan juga," jelasnya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Rurah Salim lantas mengganti cara berjualan burjo dengan cara membuka kios.
Kebetulan burjo buatan Rurah Salim cukup digemari warga atau penduduk Yogyakarta pada kala itu.
"Saat itu, katanya kios udah dinamai pakai nama 'Burjo' jadi orang-orang pada tahu nah itu yang dagang bubur kacang ijo," ujarnya.
Baca juga: Asal Usul Mi Instan, Makanan yang Tercipta karena Rasa Iba
Anggi mengatakan, pada saat itu warung burjo benar-benar murni hanya berjualan bubur kacang hijau.
Tak seperti sekarang, justru warung burjo banyak yang sudah tidak menjual bubur kacang hijau.
Warung burjo kini juga identik dengan berjualan mi instan. Menurut Anggi tren ini dimulai sejak tahu '90an.
View this post on InstagramA post shared by KULINER JOGJA (@kulinerjogja) on Jun 12, 2019 at 6:07am PDT
.
"Terus ada juga yang ganti nama dari warung Burjo, jadi Warmindo," jelasnya.
Warmindo sendiri merupakan akronim dari warung makanan Indomie.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.