Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengulik Profesi Penjaja Burjo di Yogyakarta, Rata-rata Bersaudara

Kompas.com - 15/04/2020, 20:12 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Warung Burjo identik dengan warung yang pramusaji atau pemiliknya adalah orang berlogat Sunda, Jawa Barat.

Hal ini dikarenakan memang mereka berasal dari satu daerah di Jawa Barat yaitu Kuningan.

Kendati hidup merantau, para penjaja burjo sejatinya tidak pernah sebatang kara di Yogyakarta.

Baca juga: Resep Nasi Magelangan ala Warung Burjo, Yuk Coba Buat di Rumah

"Karena kami ini semuanya saudara. Biasanya burjo ini sepupunya burjo itu. Gitu aja terus, turun temurun," kata pedagang burjo di Sleman, Yogyakarta, Anggi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Anggi merintis usaha burjo di Yogyakarta sejak 2009.

Pria asal Kuningan ini lalu mengajak tiga sepupunya untuk bekerja di warung burjo miliknya. 

Anggi menjelaskan bahwa hampir semua pedagang burjo yang datang ke Yogyakarta atau daerah lainnya seperti Solo, Semarang, dan Jakarta, karena direkrut saudaranya.

"Contohnya saya, dulu merantau ke Yogyakarta tahun 2009 abis lulus SMA di Kuningan. Itu karena diajak akang (kakak laki-laki Bahasa Sunda) saya suruh lanjutin warung burjo," ceritanya.

Sebelas tahun merantau, Anggi sukses membuka tiga cabang warung burjo di Kota Gudeg.

Warung Burjo pertamanya adalah Burjo Pink. Nama tersebut ia sematkan menyesuaikan warna cat pada dinding warung.

Burjo Pink milik Anggi berada di Jalan Kutu Patran, Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Tepatnya di belakang pusat perbelanjaan Jogja City Mall (JCM).

Terkait tempat tinggal, Anggi mengatakan karena rata-rata penjaja merupakan saudara, maka mereka memiliki satu tempat tinggal yang sama.

Anggi sendiri tinggal di sebuah kos-kosan bersama dengan tiga sepupunya yang bekerja di Burjo Pink.

Salah satu menu makanan di Warung Burjo yaitu Magelangan.KOMPAS.com/NICHOLAS RYAN ADITYA Salah satu menu makanan di Warung Burjo yaitu Magelangan.

Uniknya penjaja ia burjo memiliki jadwal kerja bergilir (shift).

"Jadi kita ada yang kerja shift pagi, siang, sama malam. Nah yang belum mulai shiftnya biasanya pada tidur di kosan dulu. Nanti pas mau pergantian shift baru dia ke mari (warung)," katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com